Pekerja China Diakui Menko Luhut Banyak Sekali di Morowali

CNN Indonesia
Selasa, 14 Feb 2017 14:50 WIB
Tsingshan Bintangdelapan Group dan lima perusahaan lainnya di Kawasan Industri Morowali diminta untuk mengurangi pekerja China jika konstruksi pabrik selesai.
Tsingshan Bintangdelapan Group dan lima perusahaan lainnya di Kawasan Industri Morowali diminta untuk mengurangi pekerja China jika konstruksi pabrik selesai. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah meminta Tsingshan Bintangdelapan Group, selaku operator Kawasan Industri Morowali untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja asal China di kawasan industri yang terletak di Sulawesi Tengah.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, saat ini banyaknya tenaga kerja asal China di Morowali menarik perhatian banyak masyarakat.

Namun, setelah ditelusuri olehnya, ternyata tenaga kerja asal China tersebut dipekerjakan untuk mempercepat realisasi investasi fasilitas pemurnian mineral (smelter) di Morowali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya menginap di situ, memang ada tenaga kerja asal China. Tapi mereka itu kerja knock down supaya cepat jadi. Kami harap, setelah proyek selesai, pekerja asal China di Morowali bisa segera dikurangi," terang Luhut di kantornya, Selasa (14/2).

Ia menerangkan, tak heran jika China memantau investasi tersebut karena negara tirai bambu telah berinvestasi US$6 miliar. Selain itu, ia tak ambil pusing dengan pekerja China di Morowali, mengingat pekerja asal China juga melakukan transfer pengetahuan selagi melakukan konstruksi.

"Mereka lakukan efisiensi dan bikin kerjasama buat mendidik anak-anak di sana, itu kan butuh waktu. Mereka janji, setelah konstruksi, jumlah pekerja China akan menurun," terangnya.

Melengkapi ucapan Luhut, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, tenaga kerja China dibutuhkan di Morowali karena sifat konstruksinya yang bersifat non-konvensional. Ia bilang, konstruksi smelter di Morowali tidak dibangun dari nol, melainkan secara modular.

Akibatnya, pengerjaan beberapa smelter dan infrastruktur pendukungnya bisa rampung lebih cepat.

"Kalau konvensional, kan dibuat dr nol, satu-satu. Namun, mereka bangunnya seperti bangun dalam bentuk lego, bahkan hasilnya bisa membangun pembangkit listrik dalam waktu kurang dari setahun," ujar Airlangga.

Kendati demikian, ia tetap setuju jika nanti tenaga kerja asal China dikurangi ketika masa operasional berlangsung. Sayangnya, ia enggan menyebut angka pengurangan yang diincar pemerintah.

SmelterSebagian besar industri yang beroperasi di Morowali bergerak di bidang smelter. (REUTERS/Yusuf Ahmad)


"Biasanya, tenaga kerja itu digunakan untuk project dan nantinya akan pindah jadi tenaga kerja operasional. Saat operasional, jumlah tenaga itu nanti dikurangi banyak. Namun, angkanya kami masih belum tahu, karena tergantung pengerjaannya apa yang masih perlu dilakukan tenaga kerja asing," jelasnya.

Sebagai informasi, saat ini Kawasan Industri Morowali memiliki enam perusahaan yang beroperasi di dalamnya, yaitu PT Sulawesi Mining Investment, PT Tsingshan Steel Indonesia, PT Guang Ching Nickel, PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel, PT Bintang Delapan Mineral, BLNI, dan IRNC.

Saat ini, total tenaga kerja yang dipekerjakan sebesar 11.156 orang. Sementara itu, kawasan industri Morowali membutuhkan tenaga kerja sebanyak 18 ribu hingga 20 ribu orang pada tahun 2018.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER