Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan pemerintah akan terus mengkaji kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di tahun ini meski telah dirancangnya dengan serealistis mungkin. Salah satunya ialah melihat kembali porsi utang dari keseluruhan Produk Domestik Bruto (PDB).
Di akhir tahun lalu, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mencatat, jumlah utang Indonesia telah mencapai Rp3.466,9 triliun atau menyedot porsi sekitar 27,5 persen dari keseluruhan PDB sebesar Rp12.406,8 triliun.
Dalam pertimbangan porsi utang tersebut, Sri Mulyani menyebutkan akan mengkaji lebih dalam beberapa sentimen yang berasal dari luar negeri, khususnya pergerakan ekonomi global, sembari melihat gejolak ekonomi Tanah Air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan tetap waspada mengelola APBN. Kami tetap melihat dinamika yang terjadi di perekonomian nasional dan global," ujar Sri Mulyani usai rapat dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (14/2).
Bendahara negara itu mengatakan terdapat beberapa sentimen utama, yakni pertumbuhan ekonomi global dan beberapa negara besar, inflasi, suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed), harga komoditas hingga harga minyak dunia.
"Kami lihat dampaknya ke APBN dan bagaimana kemudian angka akan berubah dari sisi penerimaan dan belanja negara," imbuh Sri Mulyani.
Namun begitu, dengan porsi utang saat ini sebesar 27,5 persen dari PDB, Sri Mulyani menekankan bahwa porsi utang masih mencerminkan kondisi APBN yang sehat dan realistis. Pasalnya, berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, batas maksimal porsi utang dalam PDB sebesar 60 persen.
Hanya saja, bila membandingkan dengan dua tahun ke belakang sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) menduduki kursi RI 1, porsi utang terhadap PDB cenderung meningkat. Di 2014, porsi utang sebesar 24,7 persen dari PDB atau Rp2.608,8 triliun. Sedangkan di 2015, porsi utang meningkat menjadi 27,4 persen dari PDB atau sebesar Rp3.165,2 triliun.
Namun, bila dibandingkan dengan beberapa negara, porsi utang Indonesia paling terjaga. Misalnya, Amerika Serikat mencapai 108 persen dari PDB, Jepang 250 persen dari PDB, Jerman mendekati 70 persen dari PDB.