Jakarta, CNN Indonesia -- Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan Rusia telah bersepakat memangkas produksi hampir 1,8 juta barel per hari selama paruh pertama 2017. Namun, rencana meningkatkan harga minyak dengan cara mengurangi pasokan masih belum efektif dilakukan.
Pasalnya, selama Januari 2017, tingkat realisasi rencana OPEC memangkas produksi hanya mencapai 90 persen menurut laporan International Energy Agency dan data yang dihimpun oleh OPEC.
Laporan lain yang dikeluarkan BMI menyebutkan, masih rendahnya harga minyak dunia akibat tingkat kepatuhan Irak dalam memangkas produksi hanya sebesar 40 persen dari total komitmennya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ini dianggap mengganggu kekompakan negara-negara anggota OPEC,” bunyi laporan BMI, dikutip dari Reuters, Kamis (16/2).
Harga minyak mentah kembali melemah tipis pada hari Rabu waktu Amerika Serikat (AS) di tengah sesi perdagangan yang bergejolak didorong oleh kekhawatiran tingginya pasokan minyak mentah AS dan persediaan bensin.
Dikutip dari Reuters, Energy Information Administration AS (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS meningkat 9,5 juta barel ke angka 518,12 juta barel. Angka ini terhitung tiga kali lipat dibanding prediksi sebelumnya.
Selain itu, stok bensin AS juga mencapai rekor tertinggi yaitu 259,1 juta barel. Data EIA menunjukkan, persediaan bensin telah meningkat 10 persen sejak akhir 2016, sementara permintaan bensin menurun 5,3 persen year-on-year.
Kendati demikian, pelemahan harga sempat tertahan akibat menurunnta nilai tukar Dolar AS yang mendorong pembelian minyak dengan denominasi mata uang tersebut.
Hasilnya, Brent berjangka LCOc1 melemah US$0,22 per barel ke angka US$55,75 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menurun US$0,9 per barel ke angka US$53,11 per barel.
(gen)