Saham Sektor Aneka Industri jadi Jawara Dua Pekan

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Senin, 06 Mar 2017 10:42 WIB
Laporan keuangan PT Astra International Tbk (ASII) tahun 2016 yang positif membuat investor melakukan aksi beli saham dan mengerek sektor aneka industri.
Laporan keuangan PT Astra International Tbk (ASII) tahun 2016 yang positif membuat investor melakukan aksi beli saham dan mengerek sektor aneka industri. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Aneka Industri kembali memimpin laju indeks sektoral sepanjang pekan lalu. Tercatat, sektor aneka industri menguat 3,74 persen menjadi 1.416,644 dari pekan sebelumnya yang berada di level 1.365,621.

Pada dua pekan lalu, sektor aneka industri juga menguat hingga 3 persen. Artinya, penguatan sektor aneka industri sudah terjadi selama dua pekan berturut-turut.

Analis NH Korindo Securities Bima Setiaji berpendapat, laporan keuangan PT Astra International Tbk (ASII) tahun 2016 yang berhasil membukukan kinerja yang positif membuat pelaku pasar tertarik untuk melakukan aksi beli pada saham tersebut dan mengerek sektor aneka industri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Senin lalu (27/2), Astra International merilis kinerja keuangannya sepanjang 2016. Di mana perusahaan berhasil meraup laba bersih sebesar Rp15,15 triliun, naik 4,78 persen dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar Rp14,46 triliun.

Meski pertumbuhannya tipis, tetapi kondisi ini berbanding terbalik dengan pencapaian kinerja keuangan Astra International tahun 2015, khususnya laba bersih yang tercatat turun hingga 24,63 persen.

"Kenaikan sektor aneka industri memang nggak pernah lepas dari Astra International. Penjualan otomotifnya cukup baik, kemudian bisnis agribisnisnya juga bagus. Laporan keuangannya overall membaik," ungkap Bima kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (4/3).

Dengan demikian, harga saham Astra International kembali menguat sepanjang pekan kemarin. Harga saham Astra International naik hingga 4,67 persen atau lebih tinggi dibandingkan dua pekan lalu yang hanya 2,2 persen.

Emiten yang memiliki beragam lini bisnis ini membuka harga sahamnya pada awal pekan di level Rp8.025 per saham dan berakhir di level Rp8.400 per saham. Terpantau, harga sahamnya pada Kamis (2/3) lalu mencapai level terbarunya di level Rp8.475 per saham.

Sektor Properti Longsor

Sementara itu, sektor properti menempati posisi terbawah sepanjang pekan lalu. Indeks sektor properti anjlok 1,76 persen menjadi 507,951 dari sebelumnya 517,048.

Jika dilihat dari pekan sebelumnya, sektor properti memang terus mengalami pelemahan. Bima menilai, sektor properti terkena imbas negatif dari rencana kenaikan suku bunga The Fed pada bulan ini.

"Properti kan sensitif dengan suku bunga, kalau The Fed menaikan suku bunga, Bank Indonesia (BI) pasti mengkaji untuk menaikan suku bunga juga," tutur Bima.

Seperti diketahui, Gubernur The Fed Janet Yellen memberikan isyarat menaikan suku bunga The Fed jika data tenaga kerja dan data ekonomi di Amerika Serikat (AS) lainnya menguat. Hal itu akan diputuskan pada pertemuan yang diadakan 14-15 Maret mendatang.

"Nah kalau BI ikut menaikan suku bunga maka akan tambah menjadi sentimen negatif, kan banyak juga masyarakat yang menggunakan kredit pemilikan rumah (KPR). Kalau BI naikin suku bunga, bunga KPR juga ikut naik," papar Bima.

Selain karena suku bunga, investor juga dinilai masih menunggu (wait and see) dengan hasil pemilihan kepala daerah (Pilkada) di DKI Jakarta. Mayoritas investor menahan untuk berinvestasi dalam sektor properti sembari menunggu kebijakan baru dari pejabat DKI Jakarta yang baru nantinya.

"Properti dan politik pengaruhnya kencang. Pengembang juga menunggu gubernur yang baru nanti kebijakan seperti apa," tandasnya. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER