Schroder Incar Kelola US$100 Juta dari Global Sharia Equity

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Rabu, 08 Mar 2017 20:23 WIB
Sejak diluncurkan 22 Februari 2017, total dana kelolaan SGSEF mencapai US$18,2 juta per 28 Februari 2017 atau sekitar 18,2 persen dari target.
Sejak diluncurkan 22 Februari 2017, total dana kelolaan SGSEF mencapai US$18,2 juta per 28 Februari 2017 atau sekitar 18,2 persen dari target. (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Schroder Investment Management Indonesia (Schroders Indonesia) menargetkan mengelola dana kelolaan sebesar US$100 juta dari produk reksa dana berbasis saham bertajuk Schroder Global Sharia Equity Fund (SGSEF). SGSEF memarkirkan dana pada perusahaan-perusahaan global sektor halal yang memiliki kinerja keuangan baik, serta rasio utang terukur.

Sejak diluncurkan pertama kali pada 22 Februari 2017, total dana kelolaan SGSEF sudah mencapai US$18,2 juta per 28 Februari 2017. Itu berarti sekitar 18,2 persen dari target.

Direktur Utama Schroders Indonesia Michael Tjandra Tjoajadi mengungkapkan, distribusi SGSEF sempat terkendala lantaran beberapa bank yang ingin diajak kerja sama dalam mendistribusikan produk terkait justru perizinannya terhenti. Disinyalir kendala dalam proses perizinan dipicu oleh pelaksanaan program amnesti pajak (tax amnesty).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekadar informasi, dalam program amnesti pajak, pemerintah mendorong wajib pajak agar menempatkan asetnya ke dalam negeri dari sebelumnya di luar negeri (repatriasi). Di sisi lain, dana kelolaan produk SDSEF malah menyasar investasi di luar negeri.

"Kenapa terhenti? Pada saat itu, ada kebijakan dari Otoritas Jasa Keuangan untuk tidak memberikan izin kepada bank yang ingin mendistribusikan produk yang bisa investasi di luar negeri dalam rangka tax amnesty," tutur Michael saat ditemui di Wisma Mulia, Rabu (8/3).

Berdasarkan data Schroders Indonesia, lebih dari separuh atau sebesar 65,53 persen dana kelolaan ditaruh lewat perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat (AS), 8,8 persen di Swiss, dan 7,8 persen di Jepang. Sedangkan sisanya tersebar di berbagai negara lain terutama di Eropa.

Diharapkan, penetrasi SGSEF bisa semakin cepat di masyarakat. Meskipun, penempatan dana kelolaan harus dilakukan dalam mata uang dolar AS, dimana simpanan denominasi dolar AS di masyarakat cukup terbatas.

Namun, perlu diketahui, prospek investasi SGSEF ini cukup menggiurkan. Pertama, imbal hasil SGSEF mencapai 9,7 persen atau lebih tinggi dari bunga deposito. Kedua, investor dapat mendiversifikasi penempatan asetnya pada perusahaan yang berbasis di luar negeri.

Artinya, kata Michael, investor bisa mengantisipasi risiko jika kondisi ekonomi domestik mengalami penurunan yang pada akhirnya menyeret performa perusahaan tersebut. Tak cuma itu, investor juga bisa mendiversifikasi investasinya pada perusahaan-perusahaan yang belum banyak melantai di bursa domestik, seperti perusahaan bidang teknologi dan informasi serta kesehatan. (bir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER