Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Central Asia Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp20,6 triliun akhir tahun lalu atau meningkat 14,4 persen kalau dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, yaitu Rp18 triliun. Beban biaya dana (
cost of fund) yang turun disinyalir berasal dari tambahan likuiditas dari pelaksanaan program pengampunan pajak (
tax amnesty).
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, likuiditas tambahan dari
tax amnesty membuat biaya dana turun. Di samping itu, terjadi peningkatan kualitas portofolio kredit.
"Dana giro dan tabungan juga bertumbuh didukung oleh layanan perbankan transaksi bank. Kemudian,
tax amnesty pemerintah juga berkontribusi terhadap kenaikan dana murah (CASA)," ujarnya, Senin (13/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga akhir tahun lalu, BCA tercatat menampung dana
tax amnesty Rp58 triliun. Dari total dana tersebut, di antaranya sebesar Rp11 triliun mengendap dalam dana pihak ketiga (DPK). Tambahan likuiditas ini otomatis menurunkan rasio pendanaan terhadap kredit (LFR) menjadi 77,1 persen per 31 Desember 2016.
Sementara, dana giro naik 19,2 persen menjadi Rp137,9 triliun dari Rp115,7 triliun pada tahun sebelumnya. Sedangkan, dana tabungan naik 10,5 persen mencapai Rp270,3 triliun pada akhir tahun lalu.
"Tambahan dana yang masuk sangat besar. Meskipun, dana yang masuk di BCA yang mengendap hanya Rp11 triliun, ini menambah DPK kami. Demikian juga CASA. Tahun lalu cukup besar yang meningkat, saldo-saldo yang ditempatkan di BCA juga meningkat," katanya.
Adapun, dari sisi penyaluran kredit, bank milik Grup Djarum tersebut berhasil mencatat pertumbuhan hingga 7,3 persen yang ditopang oleh segmen kredit korporasi dan konsumer.
Apabila dirinci, kredit korporasi tumbuh 9,6 persen menjadi Rp154,9 triliun. Sementara, kredit konsumer naik 9 persen menjadi Rp109,6 triliun yang ditopang oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kendaraan Bermotor.
"Di tengah permintaan kredit yang masih belum sepenuhnya pulih, BCA mengoptimalkan penyerapan kredit di semua segmen dan menawarkan tingkat bunga yang kompetitif kepada debitur bank," terang Jahja.
Rasio kredit bermasalah (NPL) gross BCA meningkat dari 0,7 persen pada 2015 menjadi 1,3 persen pada 2016. Tahun lalu, BCA membentuk beban cadangan kredit bermasalah sebesar Rp4,5 triliun sehingga posisi cadangan kredit tercatat sebesar Rp12,5 triliun meningkat 38,5 persen dibandingkan 2015.
Pada tahun ini, Jahja menilai, prospek ekonomi Indonesia diperkirakan akan lebih baik ditoang oleh kebijakan ekonomi pemerintah yang prudent serta dampak keberlanjutan program
tax amnesty dan pembangunan infrastruktur yang berjalan.