Jakarta, CNN Indonesia -- Industri perusahaan pembiayaan (
multifinance) mulai mencatat pelonggaran pembiayaan bermasalah (
nonperforming finance). Pada Januari 2017, NPF
multifinance sebesar 3,17 persen atau turun tipis dari bulan sebelumnya, yakni 3,26 persen pada Desember 2016.
Bagusnya lagi, penurunan rasio pembiayaan macet ini turun ditengah pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan pelaku industri. Pada periode yang sama, berdasarkan Statistik Lembaga Pembiayaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pembiayaan tercatat Rp389,52 triliun atau naik dari bulan sebelumnya, yaitu Rp387,50 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK Firdaus Djaelani sebelumnya mengungkapkan, banyak
multifinance yang membukukan rasio pembiayaan macet lebih dari 5 persen atau batas yang diperkenankan regulator. Bahkan, ada 25
multifinance tercatat membukukan NPF melampaui 20 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya, OJK memberikan batas waktu maksimal enam bulan kepada 43
multifinance untuk menyeret turun NPF mereka yang saat ini berada di atas batas wajar. "Ini tentu menjadi peringatan dan perlu menjadi perhatian direksi agar mereka melakukan langkah perbaikan," ujarnya.
Apabila kualitas pembiayaannya baik, wasit industri keuangan tersebut juga menyiapkan sejumlah insentif berupa kelonggaran uang muka (down payment/DP) dalam menikmati fasilitas pembiayaan. Ia mencontohkan,
multifinance dengan rasio pembiayaan macet satu persen diperkenankan mematok DP minimal 5 persen.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno bilang, terjadi perlambatan pertumbuhan pembiayaan, bahkan cenderung stagnan, membuat bilangan pembaginya menjadi lebih kecil. Sehingga, NPF melambung. Di samping alasan lain, perlambatan ekonomi yang berakibat pada kemampuan bayar.
Laba Mekar MerekahPeningkatan kualitas kredit tampaknya berhasil mengerek laba bersih
multifinance. Per Januari 2017, industri
multifinance tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp1,12 triliun atau meningkat 36,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp824 miliar.
Peningkatan laba juga ditopang oleh kenaikan pendapatan sebesar 8,6 persen (year on year) menjadi Rp7,86 triliun pada Januari 2017. Di sisi lain, bebannya cuma meningkat empat persen menjadi Rp6,35 triliun.