Menkeu Sri Mulyani: Indonesia Butuh Pertumbuhan Investasi 8%

CNN Indonesia
Kamis, 16 Mar 2017 08:08 WIB
Saat ini, pertumbuhan investasi berada di kisaran 6 persen. Untuk mencapai 8 persen, maka tidak mungkin hanya mengandalkan defisit APBN.
Saat ini, pertumbuhan investasi berada di kisaran 6 persen. Untuk mencapai 8 persen, maka tidak mungkin hanya mengandalkan defisit APBN. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan).
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan investasi sebesar 8 persen untuk mendapatkan skenario pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

"Presiden sangat menekankan skenario apapun, semuanya membutuhkan investasi yang lebih besar. Jadi, growth (pertumbuhan) dari investasi harus di atas 8 persen tahun ke tahun," kata Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, mengutip Antara, Rabu (15/3).

Ia mengungkapkan, pertumbuhan investasi saat ini berada di kisaran enam persen. Maka, menurut dia, untuk bisa mencapai 8 persen, maka tidak mungkin hanya memompa dari defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saja, tetapi paling penting dari sektor swasta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Termasuk kontribusi dari kredit perbankan, capital market. Dari sisi BMN, capital expenditure (belanja modalnya) dan Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)," terang dia.

Sementara, untuk inflasinya sendiri tetap dengan asumsinya adalah antara 4,5 plus minus 1 dengan nilai tukar rupiah sebesar Rp13.300-13.000 atau maksimal Rp13.900 per dolar AS.

Pertumbuhan ekonomi 2018 ditargetkan berkisar 5,2-6,1 persen yang nantinya akan disesuaikan bergantung pada perkembangan ekonomi yang terjadi sepanjang semester 1 2017.

Sri Mulyani menambahkan, dari sisi defisit APBN akan diberikan rambu-rambu pada kisaran 2 - 2,2 persen, sehingga diharapkan masih dapat terkendali dengan baik.

"Bahkan pemerintah dalam hal ini tidak hanya memperhatikan defisit total, tetapi juga saya sampaikan, primary balance-nya juga diharapkan bisa lebih turun ke 0,5. Jadi, ini adalah sesuatu yang harus kita kombinasikan antara penerimaan negara harus tumbuh, tax ratio harus tumbuh jadi 11 persen, dan belanjanya harus semakin terfokus pada hal-hal produktif," imbuh dia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER