Jakarta, CNN Indonesia -- Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat (AS), memutuskan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) pada Rabu (15/3). Kenaikan Fed Rate ini tercatat ketiga kalinya sejak krisis keuangan global menimpa pada 2008 silam.
Gubernur The Fed Janet Yellen mengatakan, kenaikan suku bunga AS untuk mereflesikan pemulihan ekonomi AS karena bursa tenaga kerja menguat dan inflasi meningkat sesuai ekspektasi.
"Mengingat, realisasi dan ekspektasi kondisi-kondisi tenaga kerja dan inflasi, bank sentral memutuskan menaikkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 0,75-1 persen," ujarnya, mengutip Reuters, Kamis (16/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan Fed Rate ini merupakan kedua kalinya dalam tiga bulan. Sejumlah ekonom menyebut, kenaikan Fed Rate ini mencerminkan kepercayaan diri AS terhadap penguatan ekonomi negaranya. Dalam sebuah pidato awal bulan ini, Yellen mengisyaratkan, kenaikan Fed Rate tidak akan selambat tahun sebelumnya.
Setidaknya, bakal ada kenaikan Fed Rate secara bertahap untuk merefleksikan perbaikan terhadap perekonomian AS. "Ini merupakan pengingat bahwa inflasi dua persen adalah target," terang Yellen.
Bank sentral AS merinci berapa inflasi yang dapat ditolerir bank sentral. Kebijakan sebelumnya menunjukkan bahwa inflasi di kisaran 2,25 persen-2,5 persen masih dapat diterima bank sentral. "Apakah jika kita memiliki inflasi akan sangat mengerikan?" tutur Alice Rivlin, mantan orang nomor dua di The Fed.
Brent Schutte, Kepala Strategi Investasi Northwestern Mutual Wealth Management Company menyebutkan, bank sentral AS, melalui kebijakannya ingin memastikan bahwa pemulihan ekonomi AS yang terjadi untuk jangka panjang.
Menurutnya, bank sentral AS sekaligus ingin memberikan kelonggaran di masa yang akan datang agar inflasi bisa merangkak sesuai ekspektasi. "Keputusan The Fed sangat hati-hati. Mereka ingin mencegah pengetatan pasar keuangan," imbuh Schutte.
Dolar AS MelemahSetelah The Fed memutuskan menaikkan Fed Rate, kurs dolar AS loyo terhadap mata uang utama lainnya. Indeks dolar AS turun 0,65 persen menjadi 101,040 pada akhir perdagangan Rabu (15/3).
Euro naik menjadi 1,0683 per dolar AS dan Poundsterling meningkat menjadi 1,2261 per dolar AS. Sementara, dolar Australia naik menjadi 0,7657 per dolar AS.
Para analis mengatakan bahwa sejak kenaikan suku bunga secara luas telah diperkirakan oleh pasar, investor telah mengambil langkah antisipasi dan berhati-hati untuk kenaikan suku bunga berikutnya tahun ini, mengingat ketidakpastian kebijakan fiskal pemerintahan Donald Trump.