Jakarta, CNN Indonesia -- PT Asuransi Jiwa Taspen (Taspen Life) masih akan mengandalkan deposito dan reksa dana sebagai penopang investasi di tahun ini, yang ditargetkan sebesar Rp3,2 triliun atau meningkat 13,87 persen dari investasi tahun lalu sebesar Rp2,81 triliun.
Direktur Keuangan Taspen Life Pask Suartha mengatakan, dari total Rp3,2 triliun, porsi investasi di deposito sebesar 30 persen atau sekitar Rp960 miliar. Porsi ini cenderung menyusut sekitar 6,34 persen dibandingkan porsi deposito di tahun lalu, namun masih menjadi andalan bagi Taspen Life.
"Deposito masih diperlukan untuk menjaga likuiditas. Jadi kalau ada permintaan bayar klaim, kami ada cadangan dari deposito. Kelebihannya, deposito itu bebas dari penalti sehingga bisa kami cairkan langsung," jelas Pask usai Rapat Usaha Pemegang Saham (RUPS) Taspen Life, Jumat (17/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, perusahaan juga memberi porsi investasi yang sama pada reksa dana, yakni sebesar 30 persen. Porsi ini juga sedikit menurun dibandingkan tahun lalu, di mana investasi di reksa dana mencapai 39,19 persen.
Untuk reksa dana, Taspen Life akan menggunakan reksa dana fix income dan reksa dana saham (equity). Namun, Pask belum merinci besaran masing-masing.
Selain dua penopang terbesar investasi itu, anak usaha PT Taspen (Persero) tersebut juga akan mengalokasikan porsi investasi ke obligasi berupa Surat Berharga Negara (SBN) pemerintah dan obligasi infrastruktur. Hal tersebut sesuai dengan yang dianjurkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni lembaga asuransi wajib melakukan investasi di obligasi pemerintah sebesar 20 persen.
"Obligasi kami ambil yang jangka panjang sebagai pendongkrak klaim jangka panjang. Porsinya bisa sekitar 15 persen sampai 25 persen untuk tahun ini. Nanti kami lihat dulu," imbuh Pask.
Berdasarkan laporan keuangan Taspen Life di tahun lalu, perusahaan menempatkan porsi investasi di obligasi pemerintah sebesar 34 persen. Porsi tersebut diikuti penempatan di obligasi infrastruktur sebesar 4,5 persen sehingga total obligasi mencapai 38 persen. Artinya, ada penurunan untuk penempatan di obligasi pemerintah di tahun ini.
Direktur Utama Taspen Life Maryoso Sumaryono mengatakan, setidaknya perusahaan akan berusaha menempatkan investasi di obligasi pemerintah sesuai dengan Peraturan OJK (POJK) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Investasi SBN bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank sebesar 20 persen.
"Yang penting sesuai aturan saja. Kalau ada yang potensial sekali baru kami tambah. Tapi kalau tidak, justru kami ingin dapat profit. Makanya kami lihat dulu, asal yield dan risikonya masuk ke kooridor kami," kata Maryoso pada kesempatan yang sama.
Setelah depostio, reksa dana, dan obligasi, Taspen Life juga akan menanamkan investasi di saham. Bahkan, ada sinyal peningkatan investasi di saham dari semula sekitar 3 persen pada tahun lalu menjadi maksimum 10 persen di tahun ini. Hanya saja, perusahaan masih terus memantau pergerakan pasar modal.
Terakhir, perusahaan akan mengandalkan investasi pada investasi langsung melalui anak perusahaan, PT Taspen Abadi Sentosa (TAS) dengan porsi investasi langsung sekitar 2 sampai 3 persen. Bahkan tak hanya mengandalkan anak usaha untuk investasi langsung, Taspen Life juga berupaya menarik agen dari PT TAS.