Bhima menjelaskan, bagi investor yang memahami seluk beluk emiten, semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka semakin kecil saldo laba yang ditahan oleh perseroan.
Padahal saldo laba ditahan tersebut sejatinya bisa digunakan sebagai modal perusahaan untuk ekspansi bisnis di tahun berikutnya.
"Jika ini memang benar dividen terbesar sepanjang sejarah, maka dalam teorinya kalau bank lebih memilih mengurangi laba ditahannya artinya untuk ekspansi tahun ini dan kedepannya akan berkurang. Artinya pertumbuhan bank akan stagnan di situ-situ aja," jelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengingatkan, pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas seharusnya bisa membawa bank BUMN tetap bertumbuh di situasi yang sulit ini. Salah satunya dengan cara mengurangi porsi setoran dividen yang bisa digunakan sebagai likuiditas tambahan untuk menyalurkan kredit.
"Yang jelas pemerintah harus juga diingatkan, bahwa investor publik itu ingin bank BUMN ingin berekspansi jangan hanya pikir jangka pendek dia harus berpikir jangka panjang, kurangi dividen dan perbanyak laba ditahan itu untuk mengekpansi bisnis supaya lebih agresif," jelasnya.