Jakarta, CNN Indonesia -- PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex bakal menerbitkan obligasi berdenominasi dolar (global bond) sebesar US$150 juta demi melunasi surat utang senior yang dirilis anak usahanya. Global bond tersebut diganjar dengan bunga sebesar 9 persen dengan tenor yang akan jatuh tempo pada 2019 mendatang.
Welly Salam, Sekretaris Perusahaan Sritex mengatakan, global bond akan dikeluarkan melalui anak usaha Sritex yang berada di Singapura, yakni Golden Legacy Pte Ltd.
Setelah Golden Legacy melunasi surat utang tersebut, perusahaan juga akan menyalurkan dana global bond tersebut kepada anak usaha Sritex lainnya yakni, Golden Mountain Textile and Trading Pte. Ltd (Golden Mountain).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penyaluran melalui pemesanan saham tambahan di dalam struktur modal Golden Mountain dan atau memberikan suatu pinjaman pemegang saham kepada Golden Mountain," ujarnya mengutip keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, Senin (20/3).
Kemudian, dana yang disalurkan tersebut akan diberikan kepada induk usaha, Sritex, sebagai bentuk pinjaman antar perusahaan. Dari dana pinjaman antar perusahaan tersebut, Sritex akan membayar kembali medium terms notes (MTN) US$30 juta.
"Lalu, dana bersih dari pinjaman antar perusahaan itu juga untuk kebutuhan Sritex. Secara umum, untuk menunjang usaha Sritex," terang dia.
Adapun, Welly menuturkan, pembayaran pokok atas pinjaman tersebut akan membuat likuiditas perusahaan menjadi lebih fleksibel. Hal ini disebabkan suku bunga tetap dan lebih rendah, serta syarat kredit yang lebih baik.
"Global bond juga akan digunakan untuk membiayai kegiatan umum Sritex yang nantinya akan meningkatkan likuiditas dan keuntungan bagi perusahaan," papar Welly.
Global bond ini akan ditawarkan kepada investor di luar negeri. Global bond ini akan dicatat dan dikutip dalam daftar resmi dari SGX-ST setelah surat utang itu terbit.
Adapun, Moody's Investors Service mengganjar penerbitan global bond tersebut dengan rating B1. "Keberhasilan penyelesaian surat utang Sritex akan memperpanjang profit jatuh tempo utang dengan jatuh tempo berikutnya US$350 juta pada 2021," kata Wakil Direktur Utama dan Analis Senior Moody's Brian Grieser, dalam risetnya.
Dengan rating tersebut, maka mencerminkan pendapatan dan laba bersih perusahaan dalam tren pertumbuhan, penyelesaian utang, dan profil likuiditas yang kuat.
Prospek positif ini juga mencerminkan perusahaan bakal mendapat banyak keuntungan dari tingginya permintaan untuk produk tekstil dan garmen sepanjang tahun ini.
"Peringkat ini dapat ditingkatkan dalam 12 bulan ke depan jika Sritex mempertahankan profil keuangannya," imbuh Grieser.