Laris Manis, Imbal Hasil Surat Utang Global Pemerintah Turun

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Jumat, 09 Des 2016 13:47 WIB
Surat utang dolar AS yang diterbitkan dalam tiga tenor tersebut memiliki imbal hasil (yield) sebesar 3,75 persen, 4,40 persen, serta 5,30 persen.
Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Robert Pakpahan. (Dok. Kemenkeu)
Bali, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan telah melakukan transaksi penjualan Surat Utang Negara (SUN) dalam valuta asing berdenominasi Dolar Amerika Serikat seri R10122, R10127 dan R10147 senilai US$3,5 miliar. Penjualan tersebut laris di pasar, sehingga menekan imbal hasil (yield) dari SUN yang dirilis.

Tansaksi ini telah dilakukan pada 1 Desember 2016 dan merupakan bagian dari Program Global Medium Term Notes (GMTN) lndonesia sebesar US$50 miliar. Penerbitan ini merupakan bagian dari kebijakan prefunding sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 1B tahun 2016 tentang APBN Tahun 2017 yakni melakukan penerbitan SUN pada akhir tahun 2016 guna menjamin ketersediaan anggaran pada awal Tahun Anggaran 2017.

"Dengan penerbitan ini kita berhasil secure anggaran di 2017 seandainya penerimaan pajak delay di awal tahun sehingga kebutuhan cash tetap ada. Kedua, dengan penerbitan ini kami tidak mengambil likuiditas domestik yang saat ini tengah diisukan sedang ketat oleh perbankan," ujar Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Robert Pakpahan di Bali, Jumat (9/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Global bond tersebut diterbitkan dalam tiga tenor yakni 5 tahun, 10 tahun dan 30 tahun. Adapun masing-masing nilai imbal hasil yang diberi adalah 3,75 persen, 4,40 persen, serta 5,30 persen.

Yield penerbitan tahun tersebut cenderung turun jika dibandingkan dengan yield global bond yang pernah diterbitkan pemerintah pada periode yang sama tahun lalu. Tahun lalu untuk global bond bertenor 10 tahun yield yang diberikan mencapai 4,80 persen, sementara untuk yang bertenor 30 tahun yield nya diganjar hingga 6,00 persen.

"Ini merupakan transaksi yang bagus. Penerbitan ini kelebihan permintaan (oversubscribe) hingga 3,42 kali dari yang ditawarkan," ujarnya.

Menurut Robert, transaksi penerbitan kali ini dilakukan pada waktu yang tepat di tengah-tengah ketidakpastian pasar global termasuk adanya kemungkinan peningkatan suku bunga di Amerika Serikat. Dalam orderbook, pemerintah mampu mengumpulkan minat investor yang cukup tinggi khususnya investor global.

Jika dirinci berdasarkan alokasinya, untuk global bond bertenor 5 tahun sebanyak 27 persen diborong oleh investor yang berbasis di Eropa, 22 persen oleh investor Asia (kecuali Indonesia), 8 persen oleh investor Amerika Serikat sementara sisanya 32 persen dibeli oleh investor Indonesia.

Untuk yang bertenor 10 tahun, mayoritas pembeli merupakan investor yang berbasis di Amerika Serikat yakni mencapai 38 persen dari total alokasi. Sementara untuk global bond bertenor 30 tahun mayoritas dibeli oleh investor berbasis Asia di luar Indonesia yang mencapai 58 persen. (gir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER