Bali, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Keuangan membangun dan mengembangkan
National dan
Regional Balance Sheet, neraca keuangan untuk mengukur kerentanan sistem keuangan. Kerja sama ini dilakukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.
National dan
Regional Balance Sheet ini merupakan statistika yang mengintegrasikan data lintas sektor. Ketersediaan data diharapkan dapat mendorong stabilitas sistem keuangan melalui analisis, pengawasan, dan mitigasi risiko.
Deputi Gubernur BI Sugeng mengatakan, pengalaman krisis keuangan pada 1998 silam cukup menjadi pembelajaran bagi Indonesia akan pentingnya data dan statistik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika itu, ia bercerita, rupiah terkulai lemas dihadapan dolar Amerika Serikat (AS). Banyak faktor yang memengaruhi, antara lain cadangan devisa dan kekurangan data untuk menganalisis krisis.
"Ternyata, kita belum membangun secara baik data mengenai utang luar negeri swasta. Korporasi memiliki outstanding besar dan melebihi kemampuannya. Makanya, setelah itu, kami mewajibkan korporasi melaporkan utang luar negeri mereka untuk mencegah dampak serupa," ujarnya, Rabu (21/3), usai perhelatan Regional Conference Statistics 2017 di Nusa Dua, Bali.
Kemudian, pada 2008-2009 lalu, krisis global kembali terulang. Tidak lebih buruk. Namun, kontraksinya mengakibatkan pertumbuhan ekonomi beberapa negara tetangga keok. Beruntung, Indonesia tidak ikut ketularan kontraksi dengan masih mencetak pertumbuhan 4,55 persen pada 2009.
"Ini artinya apa? Kita lebih baik, karena kita memanfaatkan data dan informasi, statistik, untuk pengambilan kebijakan yang lebih baik. Ini yang terus kami bangun di BI dengan beberapa lembaga pemerintah lainnya. Data dan informasi ini menjadi dasar pengambilan kebijakan," terang Sugeng.
Saat ini, salah satu proyek BI, membangun data sejumlah pangan dan komoditi strategis. Upaya ini ditujukan untuk mengontrol harga pangan yang menjadi salah satu biang keladi inflasi. Diharapkan, data pangan dan komoditi dapat membantu tekanan harga, mengetahui pasokan dan kekurangan bahan pangan dan komoditi dari satu daerah dengan daerah lain.
Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Yati Kurniati mengungkapkan,
National dan
Regional Balance Sheet menjadi salah satu solusi untuk menjaga kestabilan sistem lintas sektor, dan mengetahui dampak dari satu sektor ke sektor lainnya. Proyek tersebut sedang dijalankan di 33 provinsi melalui 54 kantor perwakilan.
"Kami didukung BPS untuk penyediaan data dan informasi riil dan korporasinya. Sementara itu, Kementerian Keuangan mendukung dengan data fiskalnya.
National dan
Regional Balance Sheet ini masih dibangun dan terus dikembangkan, bertujuan untuk menganalisis, mengawasi, dan mitigasi aspek-aspek risiko," imbuh dia.
Secara keseluruhan,
National Balance Sheet merupakan statistik yang menggabungkan secara sistematis data seluruh sektor dalam perekonomian, baik perbankan, industri keuangan non bank, korporasi, rumah tangga, pemerintah pusat, pemerintah daerah, bank sentral, dan sektor eksternal dalam satu kesatuan data terintegrasi.
Sementara,
Regional Balance Sheet memberikan gambaran kondisi perekonomian dan keuangan daerah serta bagaimana interaksi antar sektor dalam suatu regional, interaksi antar regional dan interaksi suatu regional dengan sektor luar negeri.