Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) mengatakan masih belum bisa menentukan belanja modal (
capital expenditure/capex) untuk proyek kilang Tuban karena masih mengkaji konfigurasi kilang tersebut. Salah satu aspek yang masih dikaji adalah kapasitas kilang yang rencananya akan dibangun.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan, ada kemungkinan besaran kapasitas kilang Tuban berubah dari rencana semula yaitu 300 ribu barel per hari (bph).
Maka dari itu, perusahaan dan mitranya, OJSC Rosneft kini tengah melakukan studi kelayakan finansial (
Bankable Feasibility Study/BFS) untuk mencari kapasitas kilang yang akan dibangun dan nilai pasti investasi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini kami sedang menyelesaikan kajiannya bersama dengan Rosneft, karena kilang Tuban adalah proyek yang kita kerjakan secara bersama-sama dari nol. Konfigurasi ini tentu saja rampung setelah BFS rampung, nampaknya sebentar lagi selesai," jelas Rachmad, kemarin.
Ia menjelaskan, perubahan kapasitas itu disebabkan oleh asumsi-asumsi keekonomian yang digunakan dalam proyek ini sudah berubah sejak kilang Tuban diinisiasi pada 2015. Asumsi-asumsi tersebut terdiri dari perkembangan konsumsi masyarakat, pertumbuhan ekonomi, serta potensi pasar untuk menyerap kelebihan (
excess) produksi kilang Tuban.
Selain itu, Rachmad menjelaskan, perusahaan juga hati-hati dalam menentukan asumsi keekonomian proyek karena kilang tersebut akan rampung pada 2021.
"Karena ini kilangnya beroperasi empat tahun lagi, tentu saja asumsinya harus dihitung secara matang. Oleh karenanya, semuanya perlu ada
calculation risk," tuturnya.
Jika angka belanja modal sudah ditemukan, maka perusahaan juga bisa meramal angka keuntungan yang bisa didapat Pertamina dari proyek ini. Sejauh ini, kedua perusahaan sepakat bahwa nilai investasi yang dibutuhkan berkisar antara US$12 miliar hingga US$13 miliar dengan kapasitas kilang minimal 300 ribu bph.
"Kalau untuk besaran
profit dan tingkat pengembalian internal (
Internal Rate of Return/IRR), kedua perusahaan sudah setuju. Tinggal menunggu BFS rampung saja untuk mengetahui belanja modal pastinya," pungkas Rachmad.
Sebagai informasi, kilang Tuban merupakan satu dari dua kilang baru yang akan dibangun Pertamina hingga 2025 mendatang. Di dalam proyek ini, perusahaan minyak pelat merah itu menggenggam kepemilikan sebesar 55 persen sementara sisanya dikempit perusahaan minyak asal Rusia, Rosneft.