Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi kembali menembus level terbarunya pada perdagangan hari ini, Rabu (5/4), didukung oleh penguatan harga sejumlah komoditas dan pergerakan bursa saham Wall Street.
Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang menyatakan, indeks Dow Jones mengalami penguatan sebesar 0,19 persen ke level 20.689,24. Sementara, S&P500 naik 0,06 persen dan Nasdaq merangkak 0,07 persen.
Menurutnya, penguatan Dow Jones sendiri disebabkan optimisme pelaku pasar terhadap laporan keuangan kuartal I 2017 dan menunggu realisasi pemotongan pajak oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketegangan jelang pertemuan Trump dengan Presiden China Xi Jinping juga menjadi faktor Dow Jones ditutup naik," terang Edwin dalam risetnya.
Sementara itu, IHSG kemarin berhasil ditutup menguat 45,03 poin (0,8 persen) ke level 5.651 setelah bergerak diantara 5.608-5.654.
Edwin menjelaskan, penguatan harga komoditas batu bara dan terjadinya deflasi sepanjang Maret menjadi faktor penggerak IHSG kemarin. Hal ini juga disertai dengan tercatatnya beli bersih (
net buy) asing sebesar Rp616,31 miliar.
"Sehingga,
net buy asing hingga hari kedua pada minggu ke 15 mencapai Rp9,38 triliun," imbuh Edwin.
Hari ini, Edwin memprediksi IHSG dapat mencapai rekor terbaru dengan rentang
support 5.610 dan resisten 5.679. Sementara, nilai tukar rupiah diprediksi bergerak dalam rentang Rp13.270-Rp13.405.
Edwin menjelaskan, beberapa harga komoditas yang dapat menjadi pendorong bagi IHSG hari ini yakni, emas, nikel, batu bara, dan minyak dunia. Hal ini disebabkan, keempatnya bergerak positif sepanjang perdagangan kemarin.
Bila dirinci, harga emas naik 0,21 persen, lalu nikel 1,32 persen, minyak dunia 1,6 persen, batu bara Rotterdam naik terbatas 0,85 persen, dan batu bara New Castle naik 0,28 persen.
Di sisi lain, analis senior Binaartha Securities Reza Priyambada menyebut, IHSG terbilang rawan terkoreksi hari ini setelah mencapai level tertingginya lagi kemarin. Namun, jika memang volume transaksi masih terus bergerak maka ada kemungkinan IHSG bertahan di zona hijau.
"Jika kekuatan mulai terbatas dan volume transaksi menunjukan penurunan maka harus bersiap-siap, karena berarti ada aksi ambil untung (
profit taking)," kata Reza dalam risetnya.
Dengan demikian, ia menilai pergerakan IHSG akan berada dalam rentang 5.592-5.622 dan resisten 5.667-5.684.