Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) akan melakukan evaluasi dan memantau perkembangan hubungan perdagangan Indonesia-AS. Hal itu ditegaskan setelah Presiden AS Donald Trump menuding Indonesia sebagai salah satu negara yang bertindak curang dalam berdagang.
Seperti diketahui, Indonesia masuk dalam 16 negara yang disebut Trump bertindak curang dan menyebabkan defisit yang perdagangan yang besar bagi Negeri Paman Sam tersebut.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan jajarannya bakal turut melakukan evaluasi dan terus memantau perkembangan hubungan perdagangan Indonesia-AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersamaan dengan itu, Mirza menyatakan pihaknya juga akan menunggu hasil laporan berupa daftar negara-negara yang melakukan kecurangan dari Kementerian Perdagangan AS dalam tiga bulan ke depan.
"Yang penting, Kementerian Perdagangan yang harus lakukan monitoring. BI juga monitoring karena terkait dengan kurs," ujarnya, Rabu (5/4).
Mirza juga menampik tuduhan Trump yang menyebut Indonesia bertindak curang sehingga menyebabkan defisit perdagangan AS. Mirza pun memaparkan tiga indikator yang menunjukkan Indonesia tak layak memperoleh tuduhan Trump.
"Pertama, (Indonesia dikatakan melanggar) bila punya surplus (perdagangan) lebih dari US$20 miliar terhadap AS. Indonesia tidak (melanggar) karena hanya surplus US$13 miliar," kata Mirza.
Kedua, indikasi kecurangan menurut Mirza, dapat diukur dari neraca transaksi berjalan (current account defisit/CAD) . Negara yang melakukan kecurangan seharusnya mengalami surplus pada CAD. Namun, Indonesia justru mencatatkan CAD sebesar 1,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Ketiga, indikasi kecurangan juga dapat terlihat nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS. Tuduhan curang menurut Mirza dapat dilayangkan kepada Indonesia jika pemerintah dan BI sengaja membuat rupiah melemah sehingga mampu membuat ekspor meningkat.
"Indonesia kalau terjadi gejolak, BI masuk ke pasar. Yang terjadi malah cegah rupiah terlalu lemah. Sedangkan yang disasar Trump adalah sengaja membuat nilai tukar melemah," jelasnya.