Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) memperbesar porsi impor minyak mentah (
crude oil) yang berasal dari Asia di tahun ini mencapai 176 persen dari semula sebanyak 22 juta barel per tahun menjadi 60 juta barel per tahun. Bersamaan dengan itu, perusahaan pelat merah itu mengurangi porsi impor minyak mentah dari Afrika.
Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel Purba mengatakan, hal ini dilakukan lantaran sebagai bentuk efisiensi nilai pembelian minyak mentah dari luar negeri dengan melihat biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
"Untuk minyak mentah dari Afrika, di tahun ini kami hanya impor sebanyak 10 juta barel per tahun atau menurun 67 persen dari tahun lalu sebanyak 54 juta barel per tahun," ujar Daniel di Kantor Pusat Pertamina, dikutip Senin (10/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk peningkatan impor minyak mentah dari Asia, Pertamina memang telah meningkatkan jumlah impor sejak tiga tahun terakhir, yakni dari 10 juta barel per tahun pada 2014 menjadi 15 juta barel per tahun di 2015 lalu menjadi 22 juta barel per tahun di 2016, dan 66 juta barel per tahun di tahun ini.
 Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel Purba (tengah). (CNN Indonesia/Diemas Kresna Duta) |
Sedangkan penurunan jumlah impor minyak mentah dari Afrika dilakukan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut sejak dua tahun terakhir, yakni sebanyak 62 juta barel per tahun di 2015 lalu turun di 2016 dan tahun ini.
Di sisi lain, Pertamina juga mengerek jumlah impor minyak mentah dari sejumlah kawasan lain yang lebih dekat dengan Indonesia, misalnya dari Timur Tengah dan Mediterania.
Berdasarkan Rencana Kegiatan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017, impor minyak mentah dari Timur Tengah, yakni yang berasal dari Arab meningkat 11 persen, dari semula 35 juta barel per tahun di 2016 menjadi 39 juta barel per tahun. Impor minyak mentah dari Arab ini terbilang stabil dari tahun ke tahun, yakni rata-rata sebanyak 37 juta barel per tahun.
Sedangkan untuk impor minyak mentah dari Mediterania, meningkat 39 persen pada tahun ini, dari semula 23 juta barel per tahun di 2016 menjadi 32 juta barel per tahun di 2017.
Secara total, jumlah impor minyak mentah tahun ini meningkat 15,96 persen menjadi 155,39 juta barel per tahun.
"Tahun ini, impor akan meningkat dari realisasi impor di tahun 2016 yang sebanyak 134 juta barel per tahun," imbuh Daniel.
Selain meningkatkan jumlah impor minyak mentah, Pertamina juga mengerek produk minyak mentah dari dalam negeri. Namun, peningkatan volumenya terbilang masih minim, hanya tiga persen, yakni menjadi 181,3 juta barel per tahun dari sebelumnya 176,6 juta barel per tahun di 2016.
"Jadi, minyak mentah dari domestik sebanyak 181 juta barel per tahun dan dari impor sebanyak 155 juta barel per tahun. Semuanya akan masuk kilang Pertamina dan kami proses," imbuh Daniel.
Dari hasil pengolahan seluruh minyak mentah tersebut akan menghasilkan berbagai produk bahan bakar minyak (BBM), yaitu Premium sebanyak 51,78 juta barel, Pertamax 35,95 juta barel, Pertalite 2,53 juta barel, Solar 141,18 juta barel, Avtur 22,13 juta barel, dan LPG 1,13 juta barel.