Tak hanya resolusi UE yang menyebabkan indeks sektor CPO terkoreksi pada pekan lalu. Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai, sektor CPO memang selalu terkoreksi pada kuartal II setiap tahunnya karena didukung oleh cuaca yang bagus.
"Momen pada April hingga Juni indeks harga komoditas memang tertekan karena faktor produksi yang lebih bagus daripada awal tahun jadi berlebihan pasokan (
over supply)," ujar Alfred.
Merespons kondisi itu, pasar melakukan aksi jual sebagai bentuk antisipasi. Tak hanya itu, sebagian pelaku pasar juga memilih melakukan aksi ambil untung (
profit taking) setelah akhir tahun 2016 dan pada awal tahun ini harga komoditas CPO mengalami perbaikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manajemen Astra Agro pun mengakui jika kondisi cuaca kuartal II ini akan membaik. Artinya, tidak akan ada kemarau berkepanjangan ataupun curah hujan yang terlalu tinggi. Jelas kondisi ini bagus untuk produksi CPO itu sendiri.
"Cuaca diperkirakan tahun ini cukup baik, kami berharap produksi dapat stabil," ungkap Widya.
Sekadar informasi, beberapa emiten CPO yang mengalami koreksi dari segi harga saham sepanjang pekan lalu, yakni PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) turun 0,35 persen dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) melemah 1,55 persen. Sementara, Astra Agro stagnan di level Rp14.575 per saham.
Sejumlah analis berpendapat, pelemahan harga saham tiga emiten tersebut juga terkena dampak dari pelemahan pasar saham Wall Street. Maklum saja, ketiganya merupakan emiten yang memiliki kapitalisasi besar di sektor agrikultur.