Jakarta, CNN Indonesia -- Pelan tapi pasti, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mulai membenahi kredit macet dari debitur nakalnya, yaitu PT Rockit Aldeway, perusahaan batu split yang sudah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Rockit Aldeway diduga menyalahgunakan fasilitas kredit modal kerja dari dua bank pelat merah tersebut. Adapun, Rockit Aldeway mendapatkan kucuran kredit Rp140 miliar dari BNI dan Rp200 miliar dari Bank Mandiri.
Manajemen BNI maupun Bank Mandiri mengaku sudah melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian. "Ini kami laporkan ke Bareskrim, karena dugaan penyalahgunaan kredit untuk tujuan lain," ujar Direktur BNI Putrama Wahyu Setiawan kepada CNNIndonesia.com, akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, kredit macet Rockit Aldeway baru sekitar 70 persen yang berhasil dipulihkan BNI. Saat ini, BNI masih melakukan pengembalian kredit lewat penjualan aset jaminan atau agunan oleh Rockit Aldeway melalui skema lelang.
"Kasus Rockit, debitur tidak kooperatif dan kami menduga ada penyalahgunaan kredit, yang bersangkutan kami pailitkan pribadi supaya ada efek jera," imbuh Putrama.
Hingga kuartal I 2017, BNI mencatat rasio kredit bermasalah atau Nonperforming Loan (NPL) mengalami kenaikan menjadi 3 persen dari kuartal I 2016 yang sebesar 2,8 persen.
Selain Rockit Aldeway, menurut Putrama, kenaikan NPL juga disumbang dari kredit bermasalah PT Trikomsel yang kasusnya masih berlarut-larut hingga kini. Perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki Softbank Group Corp itu sedang berada dalam masa proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
"Kami meminta, Trikomsel untuk memberikan tambahan jaminan, untuk memperbaiki recovery rate-nya dari jaminan yang diberikan," terangnya.
Sementara itu, debitur nakal lain Bank Mandiri selain Rockit Aldeway, yakni PT Central Steel Indonesia dan beberapa debitur yang terindikasi fraud yang membuat bank BUMN beraset terbesar ini menanggung kerugian hingga Rp350 miliar.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, saat ini, upaya pemulihan kredit macet perseroan baru mencapai 20 persen. Hal ini disebabkan oleh siklus ekonomi yang dianggap belum cukup tepat untuk menjual aset-aset bermasalah. Diperkirakan, upaya pemulihan baru bisa optimal dalam dua tahun mendatang.
"Kalau untuk penjualan aset, saya kira masih lama, karena siklusnya masih di bawah. Jadi, kalau kami mau jual aset, mau jual perusahaan, kan pasti nilainya murah. Kami masih fokus restrukturisasi dan tetap kami coba jual. Tetapi, saya rasa recovery masih setahun lagi," tutur dia.
Kendati demikian, Kartika mengklaim, kinerja kredit perseroan menunjukkan beberapa indikasi perbaikan. Pada kuartal I 2017, kredit Bank Mandiri diperkirakan tumbuh 13 persen yang ditopang oleh segmen korporasi dan konsumer. Sementara, rasio NPL juga disebut-sebut mulai membaik.