Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan tambang batu bara pelat merah, PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) berencana mulai melakukan penambangan bawah tanah di masa depan. Meski demikian, kegiatan penambangan ini masih dalam rangka kajian.
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengatakan, kegiatan penambangan bawah tanah rencananya akan dilakukan di beberapa lokasi seperti tambang Air Laya dan tambang Ombilin. Namun menurutnya, masih terlalu dini untuk menentukan kapan tepatnya penambangan ini terlaksana.
"Kajian sedang dilakukan, dan dari studi itu nanti bisa diketahui kelayakannya atau tidak. Ini studi yang sangat komprehensif, sehingga setelah ini bisa diketahui teknologi yang akan digunakan, besaran
cost, hingga depositnya," papar Arviyan, Kamis (20/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut ia menuturkan, tambang bawah tanah ini dilakukan untuk menunjang produksi perseroan. Namun, karena kajian masih belum rampung, ia masih belum tahu tambahan produksi yang bisa dihasilkan dari kegiatan ini.
Untuk menunjang studi, perusahaan juga akan menyisihkan dana untuk melakukan kajian tersebut. Tetapi, anggaran itu akan dipisahkan dari belanja modal (
capital expenditure/capex) perusahaan sebesar Rp4 triliun hingga Rp5 triliun di tahun ini.
"Kajian ini biayanya sedikit kok, tidak butuh dana yang lumayan besar," paparnya.
Sembari menunggu kajian tersebut, Arviyan menjelaskan bahwa perusahaan akan fokus pada pertumbuhan produksi batu bara. Di tahun ini, perusahaan berkomitmen untuk menambah produksi ke angka 24,07 juta ton, atau meningkat 22,68 persen dari posisi tahun sebelumnya 19,62 juta ton.
Ia optimistis target ini bisa tercapai setelah komitmen pembelian batu bara sudah mencapai 90 persen dari produksinya. Arviyan menuturkan, sebagian besar pembelian sudah dikontrak PT PLN (Persero) untuk kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
"Sementara itu, sisa 10 persen produksinya mungkin akan kami lempar ke pasar spot. Kami juga tengah mengkaji perluasan pasar baru ke negara-negara semenanjung Indochina, India, China, dan Filipina," pungkas Arviyan.