Arcandra Akan Bereskan Bagi Hasil Blok Natuna dalam Dua Bulan

CNN Indonesia
Jumat, 21 Apr 2017 11:45 WIB
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, pembahasan bagi hasil ini kembali dimulai karena pemerintah tidak puas dengan rencana angka sebelumnya.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, pembahasan bagi hasil ini kembali dimulai karena pemerintah tidak puas dengan rencana angka sebelumnya. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap bisa mendapatkan solusi untuk mempercepat pengembangan blok East Natuna dalam satu hingga dua bulan mendatang.

Salah satu yang akan dicari titik temunya adalah masalah bagi hasil (split) antara Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan pemerintah di dalam kontrak bagi hasilnya (Production Sharing Contract/PSC).

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, pembahasan bagi hasil ini kembali dimulai karena pemerintah tidak puas dengan rencana angka sebelumnya. Ia menuturkan, di dalam rancangan PSC awal, kontraktor mendapatakan bagian 100 persen. Sementara itu, pemerintah tidak mendapat bagian produksi apa-apa, kecuali penerimaan pajak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal-hal yang seperti ini perlu kita bicarakan lebih lanjut dengan konsorsium yang akan menggarap blok Natuna. Bagian lebih bagi negara, itu yang menjadi fokus kami," tutur Arcandra, kemarin.

Ia menuturkan, saat ini pemerintah tengah memikirkan cara agar bisa mendapat bagian namun tidak membuat kontraktor cemas. Ia tetap berharap, pemerintah bisa dapat bagian (share) produksi yang mayoritas.

Kendati demikian, ia belum bisa memastikan jika pengelolaan blok East Natuna nanti akan menggunakan PSC Gross Split atau tetap seperti konsep sebelumnya menggunakan PSC Cost Recovery.

"Intinya jangan 100 persen berbanding nol. Kalau mayoritas, sudah cukup lah. Tapi kami belum sampai ke masalah Gross Split," paparnya.

Selain masalah bagi hasil, Arcandra berharap masalah lain terkait pengelolaan blok East Natuna bisa selesai dalam waktu dekat. Salah satu contohnya, adalah kejelasan kontrak ExxonMobil di blok East Natuna ketika Wilayah Kerja (WK) migas ini masih bernama Natuna D. Alpha.

"Yang selama ini selama ini masih ada beberapa perdebatan dari sisi kontrak (sebelumnya), nah itu mungkin dalam waktu dekat bisa diselesaikan. Bukan tanda tangannya, tapi isu-isu yang ada di East Natuna ini semoga bisa selesai," pungkasnya.

Sebagai informasi, blok East Natuna rencananya digarap oleh konsorsium PT Pertamina (Persero), ExxonMobil, dan PTT Exploration and Production (PTTEP).

Namun, pengembangan blok East Natuna agak sulit dan terbilang mahal mengingat kandungan karbon dioksidanya mencapai 72 persen. Sehingga, hal ini menjadi alasan konsorsium untuk meminta split lebih besar di dalam rencana PSC sebelumnya.

Blok East Natuna sendiri memiliki volume gas di tempat (Initial Gas in Place/IGIP) sebesar 222 triliun kaki kubik (tcf) dan cadangan terbukti sebesar 46 tcf. Selain itu, blok di Laut Cina Selatan ini juga memiliki cadangan minyak sebesar 36 juta barel.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER