Bank Indonesia Ingin BPD Ramaikan Transaksi Repo

CNN Indonesia
Kamis, 27 Apr 2017 09:30 WIB
BI mencatat, saat ini terdapat 14 BPD yang aktif melakukan transaksi repo dari 25 BPD yang telah menyetujui Global Master Repurchase Agremeent (GMRA).
BI mencatat, saat ini terdapat 14 BPD yang aktif melakukan transaksi repo dari 25 BPD yang telah menyetujui Global Master Repurchase Agremeent (GMRA). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mendorong bank pembangunan daerah (BPD) semakin aktif melakukan transaksi repo agar mampu memperbaiki pengelolaan likuiditas.

Untuk diketahui, transaksi repo adalah kontrak jual atau beli efek dengan janji beli atau jual kembali pada waktu dan harga yang telah ditetapkan.

"Apabila banyak BPD semakin aktif di transaksi repo, maka akan membuat transaksi lebih terjamin dan juga memperbaiki pengelolaan likuiditas oleh BPD," kata Kepala Departemen Pengembangan Pendalaman Pasar Keuangan BI Nanang Hendarsah seperti dilansir dari Antara, Rabu (26/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nanang menyebutkan saat ini terdapat 14 BPD yang aktif melakukan transaksi repo dari 25 BPD yang telah menyetujui Global Master Repurchase Agremeent (GMRA).

Ia menilai, transaksi repo memungkinkan peminjaman uang dengan menyerahkan surat berharga, sehingga bagi pemberi likuiditas akan menetapkan biaya yang lebih murah daripada transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) yang tidak beragun.

Labih lanjut ia berharap BPD mampu menggeser transaksi PUAB yang dinilai lebih unsecure ke transaksi repo yang tenornya lebih panjang. Nanang menyebutkan transaksi repo per hari berkisar Rp1 triliun hingga Rp3 triliun.

"Bahkan transaksi bisa mencapai Rp4,6 triliun pada saat likuiditas agak sedikit ketat," ucap dia.

Selain mendukung stabilitas sistem keuangan, transaksi repo juga meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui BI 7-Day Repo Rate. Nanang menjelaskan, transaski repo yang semakin aktif akan membuat transmisi kebijakan moneter lebih efektif dalam memengaruhi suku bunga jangka panjang.

"Sehingga banyak korporasi yang sekarang melakukan funding melalui penerbitan obligasi korporasi. Bahkan tahun lalu di atas Rp120 triliun, tertinggi dalam sejarah penerbitan obligasi korporasi di Indonesia," tuturnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER