Lapangan Minyak Libya Beroperasi Kembali, Harga Minyak Lesu

CNN Indonesia
Jumat, 28 Apr 2017 07:20 WIB
Ditambah, harga bensin berjangka AS sempat berada di titik terendah dalam delapan tahun terakhir melansir data Energy Information Administration (EIA).
Ditambah lagi, harga bensin berjangka AS sempat berada di titik terendah dalam delapan tahun terakhir melansir data Energy Information Administration (EIA). (REUTERS/Stringer).
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak ditutup melemah pada hari Kamis waktu Amerika Serikat yang dipengaruhi oleh pengoperasian kembali dua lapangan minyak Libya dan kecemasan akan berkurangnya permintaan bensin.

Dikutip dari Reuters, Kamis (27/4), lapangan minyak Sharara dan El Feel yang memproduksi 400 ribu barel per hari kembali berproduksi setelah jaringan pipanya diblokir golongan tertentu.

Ditambah lagi, harga bensin berjangka AS sempat berada di titik terendah dalam delapan tahun terakhir seiring data Energy Information Administration (EIA) yang menunjukkan bahwa persediaan bensin terus meningkat dalam tiga bulan terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Laporan EIA menyebutkan utilisasi pengilangan AS meningkat ke angka 94,1 persen atau tertinggi sejak November 2015 lalu, sehingga mendorong persediaan bensin tembus 241 juta barel.

Akibatnya, harga Brent berjangka LCOc1 ditutup melemah US$0,14 ke angka US$51,68 per barel. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) turun US$0,37 per barel dan bertengger di posisi US$49,25 per barel.

Persediaan minyak global tercatat masih membuncah akibat kenaikan produksi dari AS. Dengan produksi sebesar 9,27 juta barel per hari, angka ini tercatat yang tertinggi sejak Agustus 2015.

Di tengah kekhawatiran persediaan minyak global, organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan Rusia sedang melakukan pembicaraan untuk memperpanjang pembatasan produksi 1,8 juta barel per hari pada semester II mendatang.

Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan, meski kelebihan suplai minyak telah berkurang, namun persediaan perlu diturunkan.

Meski demikian, ia tak mau berkomentar ihwal kepastian perpanjangan pembatasan produksi OPEC. Ia memastikan bahwa upaya yang dipimpin Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih tersebut bisa mencapai konsensus sebelum para menteri bertemu di Wina, Austria tanggal 25 Mei mendatang.

Berdasarkan data International Energy Agency (EIA), persediaan minyak di negara-negara industri mencapai 3,06 miliar barel pada akhir Februari lalu. Angka ini tercatat lebih besar 336 juta barel dibanding rerata lima tahun terakhir.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER