Batu Bara Membara, Laba Bukit Asam Meroket 161,8 Persen

CNN Indonesia
Kamis, 27 Apr 2017 17:54 WIB
PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) membukukan laba bersih sebesar Rp870,8 miliar di kuartal I 2017, meroket dari Rp332,6 miliar di kuartal I 2016.
PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) membukukan laba bersih sebesar Rp870,8 miliar di kuartal I 2017, meroket dari Rp332,6 miliar di kuartal I 2016. (CNN Indonesia/Galih Gumelar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan tambang batu bara pelat merah, PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) membukukan laba bersih sebesar Rp870,8 miliar di kuartal I 2017. Angka ini bertumbuh signifikan 161,8 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp332,6 miliar.

Dengan demikian, maka PTBA berhasil bangkit dari pelemahan laba yang melanda perusahaan beberapa tahun terakhir. Pada kuartal I 2015, pertumbuhan laba perusahaan anjlok 36,5 persen ke angka Rp340,33 miliar. Kemudian, di tahun berikutnya, laba Bukit Asam anjlok lagi 2,28 persen ke angka Rp332,57 miliar.

Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin menuturkan, menguatnya laba perusahaan ditopang oleh memanasnya harga batu bara sejak pertengahan tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tercatat, rata-rata Harga Batubara Acuan (HBA) selama tiga bulan pertama 2017 tercatat US$83,75 per metrik ton, atau membaik 29,22 persen dibandingkan kuartal I tahun lalu sebesar US$64,81 per metrik ton

Hal ini, tambahnya, tercermin ke nilai pendapatan yang diterima perusahaan. Meski volume penjualan hanya naik 4,01 persen, namun gara-gara perbaikan harga, pertumbuhan pendapatan perusahaan bisa melesat 28,53 persen.

Sekadar informasi, volume penjualan PTBA di kuartal I terbilang 5,44 juta ton atau meningkat 0,21 juta ton dibanding angka tahun lalu 5,23 juta ton. Ini mengakibatkan pendapatan perusahaan tumbuh ke angka Rp4,55 triliun dari posisi Rp3,54 triliun di tahun lalu.

"Bagusnya, harga batu bara sepanjang kuartal I ini relatif stabil dan lebih baik dibanding tahun lalu sehingga kinerja kami pun mengalami perbaikan," ujar Arviyan, Kamis (27/4).

Selain meningkatnya nilai penjualan, tumbuhnya laba perusahaan juga didukung oleh efisiensi beban operasional. Sayang, ia tak merinci penghematan beban operasional yang berhasil dilakukan perusahaan sepanjang triwulan kemarin.

Yang pasti, imbuhnya, efisiensi beban bisa ditekan karena rasio antara bongkahan galian dengan kandungan batu bara (stripping ratio) menurun. Jika sebelumnya stripping ratio 5,40, maka stripping ratio perusahaan turun ke angka 4,02 di kuartal yang lalu.

"Kami bisa menekan stripping ratio karena kami menggunakan teknik operasional yang baik. Semakin kecil stripping ratio, maka kandungan batu baranya semakin besar, jadi kami bisa hemat biaya operasi. Bahkan, kami ingin di masa depan stripping ratio bisa nol," papar Arviyan.

Meski menorehkan performa positif, ia tak mau terlampau optimistis di sembilan bulan berikutnya. Apalagi, perusahaan juga tidak menetapkan target pendapatan dan laba hingga akhir tahun mendatang.

Arviyan beralasan, bisnis batu bara sangat sensitif terhadap permintaan, penawaran, serta harga yang berlaku di pasaran. Sehingga, performa perusahaan juga tidak bisa diukur dengan pasti.

Meski begitu, ia mengatakan bahwa perusahaan sebenarnya telah memiliki target-target capaian finansial dalam tiga skenario, yaitu super optimistis, optimistis, dan realistis hingga akhir tahun mendatang. Tetapi, ia tak mau membuka angka-angka yang dimaksud.

"Kami tetap waspada karena bisnis ini sangat sensitif terhadap pasar dan uncontrollable. Kami berharap untuk bisa jaga sustainability performa keuangan kami dulu hingga akhir tahun mendatang," pungkas Arviyan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER