Jakarta, CNN Indonesia -- PT Taspen (Persero) berencana mengubah strategi penempatan investasinya pada tahun ini. Perseroan antara lain, berencana mengalihkan sebagian penempatan investasinya di deposito ke sektor infrastruktur dan properti.
Direktur Investasi Taspen Iman Firmansyah menjelaskan investasi pada sektor infrastruktur memiliki potensi keuntungan yang cukup besar. Investasi langsung di infrastruktur pun telah diatur dan diperbolehkan oleh regulasi pengelolaan dana pensiun.
“Sesuai dengan aturannya, kami diperkenankan bisa investasi langsung maksimum 10 persen,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (2/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun ini, pihaknya berencana meningkatkan porsi investasi di infrastruktur dari dua persen atau sekitar Rp1,9 triliun menjadi 4 persen atau sekitar Rp4 triliun pada akhir 2017.
Selain sektor infrastruktur, pihaknya pun berencana untuk meningkatkan investasinya di sektor properti. Adapun saat ini, Taspen tercatat memiliki dana kelolaan sebanyak Rp170 triliun yang terdiri dari dana pensiun Rp95 triliun dan Rp75 triliun tabungan hari tua
Direktur Utama Taspen, Iqbal Latanro mengatakan, pihaknya pada tahun ini akan lebih menitikberatkan pada penempatan portofolio yang memberi imbal hasil
(yield) dengan pengelolaan risiko yang lebih terukur.
“Kami akan mengurangi porsi penempatan dana di deposito bank seiring dengan semakin menurunnya tingkat bunga,” kata Iqbal.
Untuk itu, pihaknya akan mengalihkan 25 persen dana dari total portofolio perseroan yang masih berbentuk deposito ke surat utang negara (SUN) dan reksadana. Dengan demikian, porsi deposito hanya akan tersisa sekitar 15 persen, sedangkan porsi SUN dan reksadana meningkat 10 persen.
Disamping itu, pihaknya saat ini juga tengah menyelesaikan valuasi dan finalisasi untuk membangun gedung Menara Taspen yang sebelumnya bernama gedung Artha Loka. Pembangunan menara tersebut, merupakan salah satu strategi untuk mengoptimalkan aset yang dimiliki perseroaan, sehingga bisa memberikan tambahan pendapatan yang signifikan.
“Kami akan membangun gedung
office building (perkantoran-red) di lokasi yang sangat strategis ini,” kata Iqbal.
Adapun saat ini, menurut dia, pihaknya telah menyelesaikan masalah hukum status properti tersebut. Properti tersebut pun saat ini telah memiliki sertifikat atas nama Taspen.
Berdasarkan valuasi sementara, properti yang terletak di pusat Jalan Sudirman Jakarta itu bernilai sekitar Rp2,3 triliun yang terdiri dari gedung sekitar Rp99 miliar dan tanah senilai Rp2,2 triliun.