Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution masih optimis bahwa laju inflasi Indonesia secara tahunan (
year on year/yoy) masih bisa mendarat di target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yakni di kisaran 4 persen. Sekalipun, sampai April lalu, inflasi tahunan Indonesia telah melebihi target tersebut, di angka 4,17 persen.
Menurut Darmin, optimisme itu terlihat dari capaian inflasi April yang rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi April sebesar 0,09 persen, lebih tinggi dibandingkan capaian Maret yang berhasil menorehkan deflasi 0,02 persen.
Dengan rendahnya inflasi April, sampai empat bulan pertama di tahun ini, laju inflasi secara tahun kalender (
year to date/ytd) baru mencapai 1,28 persen dari target yang juga ditetapkan pemerintah di angka 4 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cukup baiklah inflasi bulan ini sehingga inflasi secara ytd maupun yoy masih dalam rentang yang kami harapkan," ujar Darmin di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa (2/5).
Bersamaan dengan laju inflasi secara tahun kalender yang masih direntang 1,28 persen, Darmin juga menepis kekhawatiran akan bengkaknya kontribusi inflasi dari komponen tingkat harga yang diatur oleh pemerintah (
administered price) meski sejak awal tahun, komponen ini terus memberikan tekanan pada inflasi.
Adapun untuk
administered price, sentimen negatif terhadap inflasi terus diberikan melalui keputusan pemerintah untuk menarik subsidi dan menaikkan tarif dasar listrik (TDL) dalam tiga tahap terhadap pengguna listrik berkapasitas 900 voltampere (VA).
Imbasnya, menurut catatan BPS, kenaikan TDL yang berlaku sejak 1 Januari dan 1 Maret lalu memang berhasil mengerek inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Bahkan, diproyeksi kembali terkerek pada Mei dan Juni mendatang.
"TDL itu hanya penyesuaian yang 900 VA. Yang lain tidak ada yang naik, yang 900 VA saja yang (kenaikannya) sudah dimulai sejak awal tahun, termasuk yang sekarang ini (tahap ketiga mulai 1 Mei lalu)," jelas Darmin.
Namun begitu, Darmin belum merinci akan prediksinya terkait laju inflasi, setidaknya dalam dua bulan ke depan yang berpotensi mengalami peningkatan karena bertepatan dengan masa puasa dan peringatan Hari Besar Idul Fitri atau Lebaran.
Sementara, Kepala BPS Suhariyanto meramalkan, laju inflasi Mei dan Juni berpotensi terkerek peningkatan harga bahan makanan yang memiliki kecenderungan peningkatan jelang puasa dan Lebaran. Belum lagi, sentimen inflasi pada dua bulan ke depan, juga berasal dari penyesuaian TDL tahap ketiga pada 1 Mei lalu.
"Kalau melihat yang sudah sering terjadi, selalu ada kenaikan (harga bahan pokok) di bulan puasa dan Lebaran karena permintaan bahan makanan tinggi. Jadi, harus hati-hati saat Lebaran, terutama bulan Juni," kata Ketjuk, sapaan akrabnya.
Hanya saja, Ketjuk menilai, potensi tak terkerek jauhnya laju inflasi masih mungkin terjadi bila komponen gejolak harga pangan (
volatile foods) masih mengalami deflasi, seperti yang terjadi dalam dua bulan terakhir, sehingga mampu menetralisir inflasi komponen
administered price.