Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto semringah melihat pertumbuhan positif industri mikro dan menengah. Pertumbuhan disebut-sebut mencerminkan bahwa iklim bisnis di Tanah Air masih kondusif.
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), industri manufaktur skala besar dan sedang pada kuartal I 2017 tercatat tumbuh 4,3 persen. Angka ini membaik dibandingkan pencapaian tahun lalu yang cuma 4,03 persen.
Industri mikro dan kecil lebih ciamik lagi dengan pertumbuhan 6,33 persen. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, pertumbuhannya hanya 5,91 persen. "Dalam rangka menjaga momentum kenaikan ini, yang terpenting adalah iklim bisnis di Indonesia tetap kondusif," ujarnya mengutip siaran pers, Jumat (5/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, Airlangga memberikan catatan bahwa pertumbuhan bisa lebih kencang seandainya harga gas industri diturunkan. Pasalnya, merujuk data yang sama, sektor-sektor yang menggunakan gas bumi sebagai bahan baku mengalami performa yang memuaskan.
Tercatat, tiga sektor yang menyumbang pertumbuhan tertinggi, yakni industri bahan kimia dan turunannya, industri makanan, dan industri karet dan plastik. Tiga sektor tersebut masing-masing mengalami pertumbuhan 9,59 persen, 8,2 persen, dan 7,8 persen.
"Pertumbuhan tersebut akan lebih terdongkrak lagi apabila kebijakan penurunan harga gas dan listrik bagi industri seluruhnya dapat terealisasi. Bahkan, itu bisa menambah daya saing industri nasional di kancah global," terang Airlangga.
Harga bahan baku bagi industri perlu ditekan karena manufaktur bisa menghasilkan nilai tambah, lapangan kerja, hingga mendatangkan devisa dari ekspor. Sepanjang Januari hingga Maret saja, ekspor non-migas dari golongan industri pengolahan bertumbuh 19,93 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Melihat pencapaian ini, ia meyakini, industri pengolahan non-migas bisa bertumbuh 5,2 persen hingga 5,5 persen di akhir tahun mendatang. Ia mengaku bangga setelah Indonesia masuk ke dalam 10 besar negara industri di dunia sesuai International Yearbook of Industrial Statistics 2016.
"Industri menjadi sektor yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional," ungkapnya.
Pada tahun 2016, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 20,51 persen yang terdiri dari industri pengolahan non-migas 18,20 persen dan industri pengolahan batu bara, serta pengilangan migas sebesar 2,31 persen.