BPS: Surplus Dagang Naik Tipis Karena Komoditas Tergoncang

CNN Indonesia
Senin, 15 Mei 2017 13:35 WIB
Surplus perdagangan Indonesia sebesar US$1,24 miliar sepanjang April 2017, meningkat sangat tipis dibandingkan Maret 2017 sebesar US$1,23 miliar.
Surplus perdagangan Indonesia sebesar US$1,24 miliar sepanjang April 2017, meningkat sangat tipis dibandingkan Maret 2017 sebesar US$1,23 miliar. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus perdagangan Indonesia sebesar US$1,24 miliar sepanjang April 2017. Surplus ini meningkat sangat tipis dibandingkan Maret 2017 sebesar US$1,23 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto atau yang akrab disapa Ketjuk mengatakan, kenaikan tipis surplus perdagangan di April lalu disebabkan terguncangnya harga sejumlah komoditas di pasar global, yang kemudian membuat nilai dan volume ekspor mengalami penurunan.

Berdasarkan data BPS, realisasi nilai ekspor Indonesia pada April 2017 sebesar US$13,17 miliar atau merosot 10,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$14,59 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penurunan ekspor terjadi pada ekspor komoditas minyak dan gas bumi (migas) turun sampai 35,36 persen, dari sebelumnya mencapai US$1,51 miliar menjadi hanya sebesar US$0,98 miliar sepanjang April lalu. Sedangkan ekspor non-migas, melorot sekitar 7,43 persen, menjadi US$12,19 miliar dari sebelumnya US$13,17 miliar.

"Harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia naik dari US$48,71 per barel pada Maret 2017 menjadi US$49,56 per barel pada April 2017," ujar Ketjuk di Kantor BPS, Senin (15/5).

Penurunan ekspor migas disebabkan oleh menurunnya ekspor hasil minyak sebesar 51,89 persen menjadi US$87,1 juta dan ekspor minyak mentah yang turun 50,65 persen menjadi US$302,5 juta serta ekspor gas turun 18,11 persen menjadi US$587,2 juta.

Sementara, dari sisi volume, volume ekspor migas April 2017 terhadap Maret 2017 untuk hasil minyak turun 43,69 persen, minyak mentah turun 49,23 persen, dan gas turun 24,33 persen.

Tak hanya ekspor migas, tercatat beberapa ekspor non-migas juga melorot, misalnya komoditas lemak dan minyak hewani turun 12,23 persen, mesin dan peralatan listrik 16,32 persen, bahan bakar mineral 6,23 persen, karet dan barang dari karet 10,7 persen, dan pakaian jadi bukan rajutan turun hingga 20,94 persen.

"Sementara ekspor yang naik, bijih kerak, dan abu logam senilai US$211,8 juta, kapal laut US$64,6 juta, tembaga US$22,3 juta, perhiasan US$12,9 juta, dan timah US$10,8 juta," kata Ketjuk.

Meski begitu, secara tahunan, nilai ekspor masih tumbuh sekitar 12,63 persen dari sebelumnya pada April 2016 sebesar US$11,69 miliar.

Sementara, dari segi pangsa pasar, ekspor non-migas ke China masih menyedot sekitar 12,81 persen atau mencapai US$1,56 miliar, Amerika Serikat 11,55 persen atau US$1,36 miliar, dan India 9,4 persen atau US$1,19 miliar.

Dari kawasan, Asean mencapai 20,91 persen atau US$2,55 miliar dan Uni Eropa 11,17 persen atau US$1,35 miliar.

Secara kumulatif, ekspor Januari-April 2017 mencapai US$48,9 miliar. Sedangkan ekspor Januari-April 2016 hanya sebesar US$41,04 miliar.

Meski ekspor mengalami penurunan, rupanya surplus perdagangan masih bisa dirasakan oleh Indonesia lantaran kinerja impor mengalami penurunan sekitar 10,2 persen secara bulanan.

Tercatat, pada April 2017, nilai impor Indonesia hanya sebesar US$11,92 miliar dari sebelumnya mencapai US$13,28 miliar pada Maret 2017. Sedangkan secara tahunan, impor April 2017 mengalami peningkatan tipis dibandingkan impor April 2016 sebesar US$10,81 miliar.

"Hal tersebut disebabkan oleh turunnya nilai impor migas dan non-migas, masing-masing US$666 juta atau sekitar 29,25 persen dan US$689,1 juta atau sekitar 6,26 persen," jelas Ketjuk.

Penurunan impor migas dipicu oleh turunnya nilai impor semua komponen, yaitu minyak mentah US$223,5 juta atau 34,41 persen, hasil minyak US$336,8 juta atau 25,01 persen, dan gas US$105,7 juta atau 37,66 persen.

Sedangkan untuk impor non-migas, terjadi penurunan pada komoditas mesin dan peralatan mekanik 10,22 persen, bahan kimia organik 11,37 persen, kapal laut dan bangunan terapung 63,46 persen, dan bahan bakar mineral 60,12 persen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER