Jakarta, CNN Indonesia -- Pertemuan Gubernur Bank Sentral di kawasan Asia Timur dan Pasifik (EMEAP1) sepakat memperkuat komunikasi dan kerja sama antar bank sentral guna memperkuat ketahanan ekonomi.
Kerja sama dalam pertemuan Gubernur Bank Sentral EMEAP1 ke-52 di Auckland, Selandia Baru, pada 15 Mei 2017 tersebut dilakukan demi merespons ketidakpastian global jangka pendek, serta mempersiapkan diri menghadapi tantangan jangka menengah–panjang.
Dalam pertemuan yang membahas perkembangan terkini ekonomi-keuangan global dan regional ekonomi tersebut, para gubernur menyambut baik prospek ekonomi yang positif dan stabilnya pasar keuangan di kawasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diskusi mencatat perkembangan positif pada ekonomi di kawasan, meskipun beberapa risiko ketidakpastian ke depan perlu terus mendapat perhatian," tutur Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (16/5).
Pada kesempatan ini, lanjut Tirta, Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo menyampaikan bahwa produktivitas menjadi kunci bagi upaya pengendalian inflasi dan pengembangan kapasitas perekonomian dalam jangka menengah.
Dalam pemaparan tersebut, BI juga menyampaikan dukungan penuh berbagai upaya reformasi struktural yang ditempuh dalam upaya meningkatkan efisiensi dan daya saing perekonomian.
Kemudian, BI juga berkontribusi secara aktif mendorong peningkatan produktivitas dengan konsisten menjaga stabilitas perekonomian sebagai prasyarat berlanjutnya kegiatan ekonomi yang produktif.
Bank Indonesia juga menempuh berbagai inisiatif untuk meningkatkan efisiensi di pasar keuangan melalui berbagai upaya pendalaman pasar keuangan.
Lebih lanjut, para gubernur juga mendiskusikan perkembangan Komite Stabilitas Moneter dan Keuangan (Monetary and Financial Stability Committee – MFSC) terkait pengawasan (surveillance), kegiatan riset, dan kerangka manajemen krisis regional.
Pembahasan juga meliputi peran, manfaat dan tantangan teknologi finansial (Financial Technology) terhadap perekonomian. Para gubernur sepakat agar komite dan working group EMEAP tetap melanjutkan pemantauan terhadap perkembangan financial technology.
"Selain itu, pertemuan juga mendiskusikan berbagai inisiatif kerja sama di bidang pengawasan bank, pasar keuangan, sistem pembayaran dan settlement, serta teknologi informasi," ujarnya.
Dalam kesempatan berbeda, Agus menegaskan fundamental perekonomian Indonesia dalam kondisi baik. Hal itu dibuktikan oleh tingginya kepercayaan investor yang telah menanamkan modalnya di Indonesia.
Berdasarkan data BI, aliran modal masuk (capital inflow) sejak awal tahun hingga minggu pertama Mei 2017 mencapai Rp106 triliun. Realisasi tersebut melonjak 41,33 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp75 triliun.
"Jadi itu menunjukkan bahwa, secara fundamental, ekonomi Indonesia dianggap baik dan minat ke Indonesia untuk foreign direct investment maupun portfolio investment terus mengalir," tutur Agus saat ditemui kompleks kantor BI, Jumat (12/5) lalu.
Di sisi lain, Indonesia juga perlu mewaspadai kondisi eksternal yang dipicu oleh arah kebijakan moneter dan fiskal Amerika Serikat (AS), salah satunya rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS. Pasalnya, keputusan AS akan mempengaruhi stabilitas keuangan dunia.