OJK Luncurkan Strategi Perlindungan Konsumen Keuangan

CNN Indonesia
Kamis, 18 Mei 2017 10:42 WIB
Hal ini merupakan langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memberikan panduan bagi konsumen di industri jasa keuangan.
Hal ini merupakan langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memberikan panduan bagi konsumen di industri jasa keuangan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi merilis Strategi Perlindungan Konsumen Keuangan (SPKK) tahun 2013-2027. Hal ini merupakan langkah OJK untuk memberikan panduan bagi konsumen di industri jasa keuangan.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad menjelaskan, demi meningkatkan martabat dari konsumen perlu adanya kesadaran dan kemandirian dari konsumen itu sendiri untuk melindungi dirinya dalam berinvestasi.

Namun memang, ada dua pihak yang bertanggung jawab dalam hal ini, yakni dari konsumen itu sendiri dan pelaku usaha. Sementara itu, dengan adanya strategi ini diharapkan literasi keuangan dapat semakin berkembang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tema yang diambil atas strategi ini adalah membangun perilaku cerdas keuangan untuk kesejahteraan. Keuangan ini harus dibangun sejak dini," ungkap Muliaman, Kamis (18/5).

Muliaman menjelaskan, OJK membagi tiga tahapan untuk memastikan perlindungan bagi konsumen. Untuk tahap pertama meliputi Tahap Pembangunan periode 2013-2017, Tahap Pengembangan 2018-2022, dan Tahap Akselerasi 2023-2027.

Kemudian, SPKK ini juga ditopang oleh empat pilar yang terdiri dari, infrastruktur, regulasi perlindungan konsumen, pengawasan market conduct, dan edukasi dan komunikasi.

"Strategi ini untuk menjawab tantangan serta isu strategis perlindungan konsumen sektor jasa keuangan baik di masa sekarang maupun masa mendatang dalam ruang lingkup nasional, regional, maupun internasional," papar Muliaman.

Lebih lanjut Muliaman menjelaskan, OJK sendiri terus melakukan inklusi keuangan terhadap masyarakat luas. Hingga akhir tahun 2019, OJK menargetkan tingkat inklusi keuangan dapat mencapai 75 persen.

Sementara, hingga akhir tahun 2016, tingkat literasi keuangan mencapai 29,66 persen, atau meningkat dari tahun 2013 lalu sebesar 21,8 persen.

"Kami optimistis dukungan berbagai pihak. Insya Allah target 75 persen bisa kita capai pada waktunya nanti," pungkas Muliaman.

Muliaman sendiri mengapresiasi salah satu program Bursa Efek Indonesia (BEI) berupa Yuk Nabung Saham yang dapat menjamah hingga masyarakat menengah ke bawah.

"Gerakan perlu dilakukan hingga ke perbatasan terpencil, para pelajar, masyarakat, mahasiswa, dan masyarakat lainnya. Jadi masyarakat di kota kecil dapat mengakses pasar modal lebih jauh," jelasnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER