Jakarta, CNN Indonesia --
Peringkat (rating) kelayakan investasi (investment grade) dari lembaga pemeringkat, Standard and Poor's (S&P) diperkirakan dapat memberikan kompensasi terhadap efek dari rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate/FFR). Kenaikan FFR diproyeksi akan terjadi pada bulan depan.
"Fed Fund Rate mau naik juga. Jadi, kami lihat ini (peringkat S&P) mudah-mudahan bisa mengompensasi. Kalau FFR dampaknya tidak terlalu (signifikan), malah ini bisa membantu, harusnya bagus," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) Robert Pakpahan di Kementerian Keuangan, Selasa (23/5).
Robert meyakini, permintaan SBN Indonesia dari para investor nantinya akan meningkat. Seiring kenaikan permintaan dan masuknya aliran dana asing, tingkat imbal hasil (yield) SBN pun akan turun. Hal ini diharapkan dapat mengimbangi rencana kenaikan FFR.
"(Investment Grade dari S&P) seharusnya bisa menurunkan cost of borrowing karena dana yang menjadi available lebih banyak," jelas Robert.
Sejak Jumat (19/5), menurut dia, tingkat imbal hasil SBN mulai mengalami penurunan yang berkisar antara tujuh hingga delapan basis point (bps), baik pada SBN rupiah maupun valuta asing (valas). "Mudah-mudahan beruntun terus (penurunan yield)," ungkap Robert.
Kendati biaya meminjam turun, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Suahasil Nazara menegaskan, target penerbitan SBN masih mengacu pada target yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.
"Kalau S&P sudah investment grade, banyak yang berminat beli, mungkin kuponnya bisa diturunkan. Tapi (target masih) seperti APBN," ungkap dia.
Adapun dalam APBN 2017, pemerintah menargetkan penerbitan SBN sebesar Rp596,8 triliun. Nilai tersebut lebih rendah sekitar 2,4 persen dibandingkan target SBN pada APBN 2016 sebesar Rp611,4 triliun. Dengan target penerbitan tersebut, defiait anggaran tahun ini diperkirakan akan ada dikisaran 2,41 persen, naik dibanding tahun lalu 2,35 persen. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo sebelumnya memperkirakan Bank Sentral AS akan kembali menaikkan bunga acuannya pada Juni mendatang.
"Kita sekarang sudah terus mendapatkan kepastian bahwa (suku bunga AS) di Juni akan naik. Jadi, kami sudah harus bersiap diri terhadap kondisi di mana terjadi kenaikan FFR dan dolar AS dan ini tentu berdampak terhadap stabilitas keuangan karena dilakukan dua, tiga tahun ke depan kenaikan itu," jelas Agus.
Sementara itu, ditemui terpisah, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai peringkat investment grade yang diberikan S&P akan membuat keyakinan investor asing semakin tinggi.
"Ini memberikan keyakinan pada investor asing bahwa Indonesia itu stabil," kata Jusuf Kalla saat ditemui di rumah dinas Wakil Presiden, Selasa (23/5).Menurut Jusuf Kalla, para pengusaha yang ingin melakukan investasi akan selalu mengutamakan stabilitas dibanding faktor lainnya sebelum menaruh uangnya di suatu tempat.
Stabilitas tersebut, lanjut dia, diharapkan berimbas pada turunnya bunga yang dapat membuat investasi menjadi lebih efisien. Kendati demikian, pria yang lama berkecimpung di dunia usaha tersebut menegaskan, stabilitas harus dibarengi upaya perbaikan sistem perizinan administrasi, lahan, hingga keamanan.
"Harus ada upaya bersama untuk perbaiki sistem perizinan administrasi, lahan, dan keamanan. Presiden juga telah memerintahkan menteri untuk perbaiki prosedur di kementerian dan daerah," tegasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT