Jakarta, CNN Indonesia -- Industri asuransi agaknya legowo menerima kenyataan bahwa aktivitas bisnisnya sepi peminat sementara ramadan dan jelang lebaran. Maklumlah, masyarakat mengalihkan banyak konsumsinya ke sektor barang konsumsi dan perdagangan jasa.
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim mengatakan, secara tren, preferensi masyarakat dalam membelanjakan pendapatan akan cenderung landai selama ramadan, namun mengarah ke kebutuhan konsumsi, seperti makanan, minuman dan pakaian.
Akibatnya, kebutuhan mengasuransikan jiwa belum menjadi prioritas utama. "Dari pengalaman kami, biasanya ramadan itu bisa turun, sekitar 5-6 persen dari bulan biasanya. Biasa lah, kalau di Indonesia mau lebaran, perut jadi prioritas," ujar Hendrisman, Senin (29/5) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kuartal kedua ini, Hendrisman memperkirakan, penyumbang terbesar pendapatan industri asuransi jiwa masih berasal dari pendapatan premi, yakni mencapai 80 persen.
AAJI menargetkan, pertumbuhan premi sepanjang tahun ini bisa kembali menyentuh 30 persen, dimana sepanjang tahun kemarin asosiasi mencatat perolehan premi bruto yang dikantongi perusahaan asuransi jiwa berhasil mencapai Rp 167,04 triliun.
Adapun, dari segi investasi, jika melihat kinerja pasar modal yang menunjukkan tren perbaikan, seharusnya hasil investasi industri bisa terus menanjak naik di kuartal II.
Namun, Hendrisman mengungkapkan, perbaikan kinerja pasar modal hanya akan berpengaruh terhadap imbal hasil dari instrumen investasi saham.
"Memang, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) lagi naik dan bagus, tetapi itu kan pengaruhnya hanya untuk instrumen saham. Sedangkan perusahaan asuransi jiwa kan instrumen investasinya tidak cuma saham, jadi perlu ditinjau lebih lanjut instrumen mana yang menyebabkan penurunan," imbuhnya.