Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menjajaki sekuritisasi syariah melalui unit usahanya, Bank BTN Syariah melalui mekanisme Efek Beragun Aset Syariah Surat Partisipasi (EBAS-SP) dengan menggandeng PT Sarana Multigriya Finansial (Persero).
Direktur Keuangan Iman N. Soeko menjelaskan, perusahaan menargetkan dapat melakukan sekuritisasi EBAS-SP berkisar Rp300 miliar-Rp500 miliar. Jika ini terwujud, maka akan menjadi EBAS-SP pertama di Indonesia.
"Yang terpenting adalah skema syariah ini berjalan. Kerja sama dengan SMF menjadi pembelajaran," ungkap Iman, Selasa (30/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait rencana ini, perusahaan telah melakukan nota kesepahaman (
Memorandum of Understanding/MoU) dengan SMF. Namun, hal ini masih perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut oleh kedua belah pihak.
Kendati demikian, Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo memastikan, tidak perlu aturan baru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurutnya, pihaknya cukup menggandeng lembaga rating untuk melakukan sosialisasi kepada investor.
"Kalau aturan enggak perlu, hanya beberapa klarifikasi saja yang kami butuhkan. Harus lebih ditelaah lagi mengenai risiko apa yang melekat di sana," ucap Ananta.
SMF menargetkan dapat menerbitkan EBAS-SP pada tahun ini. Namun, ia tak dapat memastikan pada kuartal berapa instrumen ini diterbitkan. Sementara, Ananta mengaku manajemen masih melakukan negosiasi terkait nilai dari EBAS-SP tersebut.
"Masih nego dengan BTN Syariah berapa
size yang cocok untuk penerbitan pertama ini," jelasnya.
Lebih lanjut ia memaparkan, EBAS-SP merupakan instrumen yang jaminan portofolionya berasal dari pembiayaan KPR iB, di mana SMF menjadi penerbit dan BTN Syariah menjadi kreditur asal serta penyedia jasa.
Adapun, aset yang disekuritisasi oleh BTN Syariah ini, yakni KPR Syariah non subsidi. Menurut Iman, rasio kredit bermasalah (
Non Performing Loan/NPL)
gross pembiayaan syariah sebesar 0,9 persen.
Terkait kinerja keuangan, laba bersih BTN Syariah naik 31,9 persen secara tahunan menjadi Rp121,6 miliar per April 2017. Raihan ini juga sejalan dengan peningkatan pembiayaan 26,3 persen menjadi Rp15,03 triliun.