Jakarta, CNN Indonesia -- Calon Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Sigit Pramono mengusulkan, holding bank BUMN lebih baik dilakukan melalui skema merger. Pasalnya, proses merger tidak akan memakan waktu lama dibanding membentuk holding.
Sekadar mengingatkan, Kementerian BUMN mendorong badan usaha pelat merah berbagai sektor untuk bergabung dalam holding. Tak terkecuali badan usaha sektor keuangan. Namun, hingga kini, bahkan proses holding BUMN sektor tambang yang lebih dulu memulai belum juga rampung.
"Kami justru mendorong agar pemerintah mempercepat konsolidasi Bank BUMN. Saya pribadi lebih memilih langsung merger daripada holding," ujarnya, Senin (5/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, ia menilai, proses pembentukan holding antar bank BUMN sendiri sulit dilakukan dengan kondisi politik saat ini. Nah, merger diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan agar bank BUMN segera terkonsolidasi menjadi satu kesatuan.
Adapun, bank-bank BUMN yang akan digabung, yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Holding bank-bank tersebut akan dipimpin oleh PT Danareksa (Persero).
Untuk holding tambang, pemerintah menargetkan pembentukan holding tambang dapat direalisasikan akhir tahun lalu dan menjadi holding BUMN pertama yang terbentuk. Namun, hal itu belum juga terealisasi sampai saat ini.
Tak sampai situ, BUMN kembali bersemangat holding tambang dapat terbentuk tahun ini meski Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) belum sepakat dengan payung hukum pembentukan holding tersebut, yakni Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 2016.
Seperti diketahui, holding tambang akan dipimpin oleh PT Inalum (Persero) dan akan membawahi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS).