2018, BI Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh Sampai 5,5 Persen

CNN Indonesia
Rabu, 07 Jun 2017 07:41 WIB
Proyeksi Bank Indonesia ini lebih rendah dibandingkan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi pemerintah dalam R-APBN 2018 sebesar 5,4 persen sampai 6,1 persen.
Proyeksi Bank Indonesia ini lebih rendah dibandingkan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi pemerintah dalam R-APBN 2018 sebesar 5,4 persen sampai 6,1 persen. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1 persen sampai 5,5 persen pada 2018 mendatang. Hal itu berdasarkan prediksi kontribusi investasi terhadap perekonomian domestik lebih kuat dari tahun ini, yang pada kuartal I 2017 hanya sekitar 4,81 persen.

Adapun proyeksi BI ini lebih rendah dibandingkan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (R-APBN) 2018 yang mencapai 5,4 persen sampai 6,1 persen.

"Prospek ekonomi 2018 akan ditopang permintaan domestik, terutama dalam bentuk investasi. Kami yakin, pertumbuhan investasi bukan hanya bagunan tapi juga investasi non-bangunan," ungkap Gubernur BI Agus DW Martowardojo dalam Rapat Kerja bersama pemerintah dan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (Banggar DPR), Selasa (6/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Agus, pertumbuhan investasi akan meningkat lantaran Indonesia berhasil mengantongi rating layak investasi dari tiga lembaga pemeringkat, yaitu Fitch, Moody's, dan yang teranyar dari Standard and Poor's (S&P), sehingga aliran investasi asing ke dalam negeri, baik berupa investasi langsung maupun investasi portofolio diproyeksi akan meningkat.

Kemudian, sentimen positif bagi peningkatan investasi juga berasal dari perbaikan pertumbuhan ekonomi global di tahun depan, yang diproyeksi sebesar 3,6 persen atau tumbuuh tipis dibandingkan tahun ini di angka 3,5 persen. Lalu, ada pula sentimen dari perbaikan harga sejumlah komoditas.

"Perbaikan ekonomi global diharapkan bisa berdampak positif bagi peningkatan ekspor 2018. Meskipun tidak sebesar 2017 akibat peningkatan harga komoditas relatif terbatas," jelas Agus.

Bersamaan dengan itu, BI juga berupaya menciptakan berbagai kebijakan moneter dan makroprudensial yang menambah gairah dan menjaga iklim investasi di Tanah Air. Sehingga diharapkan investasi dapat masuk ke proyek infrastruktur yang selanjutnya juga mengerek minat investasi swasta.

Sementara, untuk indikator utama penopang pertumbuhan ekonomi, yakni konsumsi rumah tangga, diprediksi tetap tumbuh dengan baik sejalan dengan indeks keyakinan konsumen yang tetap kuat dan tingkat inflasi yang terjaga.

Dari sisi indeks harga, BI meramalkan, inflasi sebesar 3,5 persen plus minus 1,0 persen atau sama dengan proyeksi pemerintah dalam R-APBN 2018.

Proyeksi inflasi tersebut, menurut Agus, berasal dari laju inflasi sampai Mei 2017 yang sebesar 0,39 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), sehingga inflasi tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 4,33 persen atau masih dalam rentang target inflasi pemerintah sebesar 4,0 persen plus minus 1,0 persen.

"Inflasi inti diperkirakan terjaga dan inflasi administered price diperkirakan cenderung menurun. Namun, perlu koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengendalikan inflasi perlu diperkuat," tekannya.

Sementara, untuk nilai tukar atau kurs rupiah ditargetkan berada pada rentang Rp13.400 sampai Rp13.700 per dolar Amerika Serikat (AS) atau sedikit melemah dibandingkan target tahun ini sebesar Rp13.300 sampai Rp13.600 per dolar AS.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER