Bank Dunia Proyeksi Ekonomi Dunia Tumbuh 2,7 Persen

CNN Indonesia
Senin, 05 Jun 2017 18:28 WIB
Ekonomi negara maju diperkirakan akan tumbuh dikisaran 1,9 persen, sedangkan ekonomi negara emerging market tumbuh dikisaran 4,1 persen tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi yang diproyeksi menguat pada tahun ini, didukung oleh membaiknya kinerja manufaktur dan perdagangan, meningkatnya kepercayaan pasar, serta stabilnya harga komoditas pada negara-negara pasar berkembang atau emerging market. (www.worldbank.org)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi global akan menguat dan mampu tumbuh dikisaran 2,7 persen pada 2017. Pertumbuhan tersebut didukung dengan membaiknya kinerja manufaktur dan perdagangan, meningkatnya kepercayaan pasar, serta stabilnya harga komoditas pada negara-negara pasar berkembang atau emerging market.

Berdasarkan terbaru Bank Dunia berjudul Global Economi Edisi Juni 2017, pertumbuhan ekonomi pada negara maju diperkirakan akan terakselerasi menjadi dikisaran 1,9 persen pada 2017. Hal ini tentunya akan memberikan keuntungan pada negara-negara yang menjadi partner dagangnya. Dengan kondisi keuangan global yang masih menjanjikan dan harga komoditas yang stabil, pertumbuhan ekonomi negara-negara emering market akan naik dari tahun lalu sebesar 3,5 persen menjadi 4,1 persen.

Pertumbuhan ekonomi pada tujuh negara terbesar kelompok emerging market diperkirakan akan meningkat dan melampaui proyeksi jangka panjang pada 2018. Aktivitas pemulihan di ekonomi berbagai negara tersebut akan membawa dampak positif yang signifikan bagi pertumbuhan di negara berkembang lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah terlalu lama kami melihat pertumbuhan yang rendah menghambat kemajuan dalam pengentasan kemiskinan, jadi sangat menggembirakan melihat tanda-tanda bahwa ekonomi global semakin menguat," kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dalam keterangan resmi dikutip Senin (5/6).

Kendati demikian, menurut dia, terdapat pula risiko yang masih harus dihadapi ekonomi dunia. Risiko tersebut antara lain rencana pembatasan kegiatan perdagangan yang bisa menggagalkan pulihnya kinerja perdagangan global. Selain itu, ketidakpastian kebijakan secara terus-menerus bisa menghambat kepercayaan dan investasi.

Sementara itu, dalam situasi gejolak pasar keuangan yang saat ini rendah, penilaian mendadak oleh pasar terhadap risiko kebijakan atau laju normalisasi kebijakan moneter negara-negara maju bisa memicu guncangan sektor keuangan. Dalam jangka panjang, produktivitas dan pertumbuhan investasi yang terus-menerus mengalami perlemahan juga dapat mengikis prospek pertumbuhan jangka panjang di pasar yang sedang tumbuh, juga di negara berkembang yang saat ini menjadi kunci pengentasan kemiskinan.

Kim pun menambahkan pemulihan yang sedang berlangsung termasuk rapuh tapi nyata, dan negara harus memanfaatkan kondisi itu untuk melakukan reformasi kelembagaan dan pasar yang bisa menarik investasi swasta guna mempertahankan pertumbuhan jangka panjang.

"Negara-negara juga harus melakukan investasi pada sumberdaya manusia dan membangun ketahanan terhadap tantangan yang tumpang tindih, termasuk perubahan iklim, konflik, pemindahan paksa, kelaparan dan penyakit," ungkapnya

Laporan tersebut juga ikut menyoroti kekhawatiran tentang meningkatnya utang dan defisit pada negara emerging market, meningkatnya kemungkinan kenaikan suku bunga yang tiba-tiba atau kondisi pinjaman yang lebih berat. Kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan bagi perekonomian global.

Adapun titik terang prospek pertumbuhan ekonomi ini adalah pemulihan pertumbuhan perdagangan menjadi pada kisaran empat persen pasca krisis finansial dengan titik terendah sebesar 2,5 persen pada 2016.

"Berita yang meyakinkan adalah bahwa perdagangan mulai pulih. Yang membawa kekhawatiran adalah investasi tetap lemah. Kami mengalihkan prioritas untuk melakukan pinjaman ke proyek-proyek yang dapat memacu investasi lanjutan oleh sektor swasta," tambah Kepala Ekonom Bank Dunia Paul Romer.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER