Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memproyeksi efisiensi yang diperoleh bank-bank BUMN yang tergabung dalam Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) dengan mulai beroperasinya PT Jalin Pembayaran Nusantara (JPN) mencapai sekitar Rp6-7 triliun. Perusahaan
switching milik keempat bank BUMN tersebut saat ini sudah resmi memperoleh izin jasanya oleh Bank Indonesia.
"Dengan adanya ATM Link Himbara saat ini saja, efisiensi bisa Rp6 triliun sampai Rp7 triliun dan tahun ini juga tidak ada pembelian mesin ATM baru. Jadi, ke depan efisiensinya bisa lebih besar," ujar Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Jasa Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo di Plaza Mandiri, Selasa (20/6).
Sementara, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo memproyeksi empat bank BUMN dapat menghemat belanja modal
(capital expenditure/capex) sekitar Rp465,5 miliar sampai Rp558,6 miliar. Belanja modal tersebut, sedianya digunakan untuk membeli sekitar lima ribu sampai enam ribu mesin ATM dalam setahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan perhitungan Bank Mandiri, bank pelat merah itu dalam satu tahun membutuhkan sekitar dua ribu hingga tiga ribu tambahan mesin ATM. Adapun harga per mesin diperkirakan sekitar US$7 ribu atau sekitar Rp93,1 juta per mesin (berdasarkan asumsi kurs Rp13.300 per dolar Amerika Serikat). Dengan demikian, dalam satu tahun, Bank Mandiri saja membutuhkan sekitar Rp186,2 miliar sampai Rp279,3 miliar untuk membeli mesin ATM.
"Biayanya sekitar US$7 ribu per mesin, taruhlah empat bank membutuhkan sekitar 5 ribu sampai 6 ribu mesin, dikalikan saja (hasilnya Rp465,5 miliar sampai Rp558,6 miliar), itu baru untuk
capex," ujar pria yang akrab disapa Tiko tersebut.
Selain dapat menghemat
capex, sambung Tiko, fasilitas
switching dapat membuat empat bank pelat merah menghemat belanja operasional
(operational expenditure/opec) untuk mengelola mesin ATM maupun dalam mengelola kas.
Sebagai gambaran, berdasarkan hitungan Bank Mandiri, setidaknya perusahaan perlu merogoh kocek mencapai Rp15 juta per mesin ATM per bulan untuk mengelola mesin. Sementara itu, saat ini, tercatat ada sekitar 17 ribu mesin ATM yang dimiliki Bank Mandiri. Dengan demikian, OPEC yang perlu dikeluarkan untuk mesin ATM saja dapat mencapai Rp255 miliar per tahun.
Adapun saat ini, total ATM yang dimiliki bank-bank BUMN mencapai sebanyak 60.120 mesin. Dengan demikian, untuk mengelola keempat mesin ATM milik bank BUMN tersebut dibutuhkan dana sekitar Rp903,15 miliar per bulan.
Selain mesin ATM, bank BUMN menurut dia, juga dapat menghemat pengelolaan mesin EDC yang bekerjasama dengan beberapa merchant. Saat ini menurut dia, pengelolaan mesin EDC membutuhkan dana sekitar Rp125 ribu hingga Rp150 ribu per mesin. Adapun jumlah EDC Link Himbara mencapai sekitar 19 ribu.
Dengan demikian, Tiko memperkirakan, efisiensi yang dihasilkan akan lebih besar lantaran JPN juga akan mengelola kas dan mesin ATM. "Kemudian, PT Jalin juga akan memiliki EDC yang bisa dipakai empat bank BUMN. Itu sangat efisien dari biaya sewa dan beli mesin," terang Tiko.
Selain memberi manfaat kepada bank-bank BUMN, Tiko meyakini bahwa manfaatnya juga akan merembes ke nasabah. Pasalnya, biaya per sekali transaksi di mesin ATM diproyeksikan juga akan menyusut. Hal ini setidaknya tercermin dari pemanfaatan ATM Link Himbara, yang sejak pengoperasian bersama dari empat bank itu, biaya transaksi transfer uang antar bank menjadi hanya Rp4 ribu per sekali transaksi. Sedangkan dulu sebelum melebur di ATM Link, nasabah perlu mengeluarkan biaya tambahan sekitar Rp6.500 per transaksi.
"Kita sudah lihat biayanya, tentu transfer dana akan kita turunkan terus," pungkasnya.
Senada dengan Tiko, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN, Maryono yang juga menjabat sebagai Ketua Himbara mengatakan, efisiensi dengan
switching JPN akan lebih besar dampaknya kepada empat bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut. Pasalnya, dari sinergi Himbara saja, melalui penggabungan ATM Link, BTN telah mendapat efisiensi yang sangat besar.
"Dari efisiensi ini, yang dapat keuntungan tentu BTN. Karena BTN cuma punya 1.300 mesin ATM, sekarang kami punya sampai 60 ribu dengan ATM Link. Nanti ke depan (setelah
switching melalui JPN), kerja sama dengan bank lain, bisa saja kerja sama dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD)," jelas Maryono pada kesempatan yang sama.