Moody's Kerek Peringkat Perbankan Asia Pasifik dari Negatif

CNN Indonesia
Selasa, 04 Jul 2017 15:40 WIB
Peningkatan pandangan tersebut tak terlepas dari membaiknya kondisi operasional dan terkendalinya risiko bank-bank di kawasan Asia Pasifik.
Peningkatan pandangan tersebut tak terlepas dari membaiknya kondisi operasional dan terkendalinya risiko bank-bank di kawasan Asia Pasifik. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto).
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Service mengerek prospek bank-bank di Asia Pasifik dari negatif menjadi stabil. Peningkatan pandangan tersebut tak terlepas dari membaiknya kondisi operasional dan terkendalinya risiko bank-bank di kawasan Asia Pasifik.

"Kualitas aset stabil di sebagian besar sistem perbankan Asia Pasifik. Siklus kredit negatif juga mulai membaik dengan pertumbuhan ekonomi yang moderat ditengah relatif stabilnya harga komoditas," ujar Stephen Long, Direktur Pelaksana Moody's, mengutip keterangan resmi, Selasa (4/7).

Prospek yang diberikan Moody's tertuang dalam laporan tahunan bertajuk Banks Asia Pacific, Stabilizing Credit Cycle, yang diluncurkan kemarin. Prospek mengindikasikan kondisi fundamental kredit perbankan yang akan memengaruhi kelayakan kredit 12-18 bulan ke depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini, sebanyak 77 persen prospek bank-bank Asia Pasifik stabil. Jumlah ini naik dari 64 persen pada akhir tahun lalu. Sementara, bank-bank di China, Hong Kong, Singapura, Australia, Selandia Baru, dan Mongolia dibawah dari prospek stabil, menyusul penurunan peringkat dalam beberapa kasus," katanya.

Lebih lanjut ia menyebut, Moody's meyakini bahwa kredit bermasalah terkait komoditas telah menyentuh puncaknya. Sehingga, harapan lembaga pemeringkat terhadap harga energi dan komoditas yang stabil pada tahun ini akan mendukung kualitas aset bank segmen ini.

Tidak cuma itu, kapitalisasi dan profitabilitas menunjukkan pemulihan dan ketahanan terhadap risiko. Hal ini dikarenakan biaya kredit menjadi lebih rendah dan kenaikan bunga bersih yang lebih tinggi.

Pendanaan dan likuiditas juga dipercaya membaik dan mampu mendukung pertumbuhan kredit didorong aliran modal asing yang kembali ke negara-negara berkembang di Asia. Meskipun, ketidakpastian pasar karena suku bunga Amerika Serikat (AS) dan penguatan dolar terus membayangi.

Namun demikian, Moody's memprediksi, masih terdapat risiko jangka panjang yang meningkat di beberapa bank di Asia Pasifik. Ambil contoh, harga properti melesat meningkatkan risiko kredit bank.

Berdasarkan harga properti dan tingkat eksposur bank, Long menilai, risiko terkait properti terasa di Australia, China, Hong Kong, Selandia Baru, Malaysia, dan India. Diharapkan, kebijakan pemerintah setempat akan mendukung sistem bank di Asia Pasifik.

"Karena, regulator tentu tidak menginginkan langkah-langkah penyelamatan lebih luas. Lagipula, dukungan publik lebih disukai untuk mencegah tekanan dalam sistem perbankan," imbuh Long.

Adapun, bank-bank dari negara maju di Asia Pasifik yang diperhatikan Moody's, yakni Australia, Hong Kong, Singapura, Jepang, Selandia Baru, Korea dan Taiwan. Sementara, bank-bank dari negara berkembang di kawasan meliputi China, Bangladesh, India, Sri Lanka, Indonesia, Malaysia, Mongolia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER