China Tak Terima Moody's Pangkas Peringkat Utangnya

CNN Indonesia
Kamis, 25 Mei 2017 21:45 WIB
Penurunan peringkat utang China oleh lembaga pemeringkat Moody's merupakan yang pertama sejak 1989.
China menilai Moody's terlalu berlebihan dalam melihat risiko ekonomi yang dihadapi negara tersebut, serta menggunakan metodologi yang tak tepat. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan China tak terima dengan keputusan lembaga pemeringkat Moody's yang memangkas peringkat utang negara tersebut dari Aa3 menjadi A1. Penurunan peringkat yang dilakukan lembaga tersebut merupakan yang pertama sejak 1989.

China menilai Moody's terlalu berlebihan dalam melihat risiko ekonomi yang dihadapi negara tersebut, serta menggunakan metodologi yang tak tepat.

"Pandangan Moody bahwa utang non-finansial China akan meningkat dengan cepat dan pemerintah akan terus mempertahankan pertumbuhan melalui langkah-langkah stimulus yang melebih-lebihkan kesulitan yang dihadapi ekonomi China," kata Menteri Keuangan China dalam keterangan resminya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (24/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Moody's juga dianggap meremehkan kemampuan pemerintah China untuk memperdalam reformasi struktural sisi penawaran dan memperluas permintaan agregat secara tepat. China pun mengaku telah mengidentifikasi penahanan risiko keuangan dan gelembung aset sebagai prioritas utama tahun ini.

Pemerintah China pun mengaku saat ini sangat berhati-hati dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini antara lain dilakukan dengan menaikkan suku bunga jangka pendek secara hati-hati sambil memperketat pengawasan peraturan.

Kendati turun satu tingkat, peringkat utang China masih masuk dalam kategori layak investasi (investment grade).

Dalam publikasinya, Moody's menjelaskan, penurunan peringkat tersebut menggambarkan pertumbuhan ekonomi China yang akan terkikis dalam beberapa tahun mendatang. Selain itu, utang negara tersebut juga diperkirakan akan terus meningkat karena adanya potensi pertumbuhan ekonomi China yang melambat.

Seiring itu, Moody's juga merubah outlook dari negatif menjadi stabi. Outlook tersebut mencerminkan profil kredit China yang akan bertahan terhadap guncangan negatif, dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang cenderung tetap kuat jika dibandingkan dengan lainnya.

Moody's mencatat, pertumbuhan PDB China telah melambat beberapa tahun terakhir dari 10,6 persen pada 2010 menjadi 6,7 persen pada 2016. Moody's pun memprediksi, potensi pertumbuhan China akan turun lima persen dalam lima tahun mendatang.

Hal ini tentu dengan beberapa alasan, seperti jumlah modal akan berkurang dan turunnya populasi usia kerja yang semakin cepat sejak 2014. Secara resmi, China juga telah menurunkan target PDB. Hanya saja, penyesuaian itu tidak dapat terjadi secara langsung dengan potensi penurunan dari pertumbuhan PDB.

Terlepas dari defisit anggaran pemerintah pada 2016 sekitar tiga persen terhadap PDB, diprediksi beban utang langsung pemerintah naik menuju 40 persen dari PDB 2018 dan mendekati 45 persen pada akhir dekade ini.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER