Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, terdapat sebanyak delapan hingga sepuluh perusahaan yang akan melakukan penawaran saham umum perdana
(Initial Public Offering/IPO) pada semester kedua tahun ini.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat menjelaskan, pihaknya belum dapat memastikan target raihan dana dari masing-masing perusahaan tersebut. Pasalnya, perusahaan-perusahaan tersebut, belum menentukan rentang harga saham yang akan dilepas.
"Total nilai kami tunggu sampai mereka jual, karena belum ketahuan," terang Samsul, Rabu (6/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Samsul menambahkan, rencana IPO perusahaan-perusahaan tersebut juga masih perlu dilihat kembali, terutama terkait penempatan papan. Saat ini, terdapat dua papan perdagangan pada BEI, yang terdiri dari papan utama dan pengembangan.
Papan utama diperuntukan bagi perusahaan yang memiliki nilai aktiva berwujud bersih
(net tangible assets) minimal Rp100 miliar. Sementara itu, papan pengembangan untuk perusahaan yang memiliki nilai aktiva berwujud bersih minimal Rp5 miliar.
Namun nyatanya, penempatan tidak hanya diukur dari indikator tersebut. Poin lainnya yang menjadi ukuran, yakni dari jumlah investor yang menyerap saham perusahaan dari gelaran IPO.
"Jadi kalau nanti pemegang saham yang diperoleh pada pasar perdana hanya di bawah 1.000, itu pun bisa masuk papan pengembangan. Jadi tidak hanya dari
size-nya," jelas Samsul.
Jika seluruh perusahaan yang masuk dalam pipeline semester II bisa merealisasikan niatnya untuk IPO, maka jumlah emiten baru hingga akhir tahun ini akan mencapai 28 emiten.
Asal tahu saja, total emiten baru sepanjang semester I 2017 sebanyak 18 emiten. Total dana yang diraih dari IPO seluruh perusahaan tersebut sebesar Rp3,43 triliun.
Sementara itu, BEI menargetkan adanya penambahan emiten baru sebanyak 30-35 emiten pada akhir tahun. Jika dihitung berdasarkan jumlah emiten baru dan
pipeline hingga saat ini, maka masih perlu ada tujuh perusahaan lagi untuk mencapai target tersebut.