Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi buah hati mereka, termasuk dalam hal pendidikan. Sebab, pendidikan merupakan kunci penting untuk mempersiapkan masa depan anak. Segala upaya dilakukan orang tua untuk menyekolahkan anak di sekolah-sekolah terbaik.
Nah, persoalannya, sekolah-sekolah terbaik ini menawarkan biaya pendidikan selangit. Acap kali, kenaikan biaya pendidikan di Indonesia melaju lebih kencang dibandingkan inflasi. Beberapa sekolah ternama bahkan mematok kenaikan biaya pendidikan anak antara 10 persen - 20 persen per tahun.
Bayangkan, berapa kenaikan gaji orang kantoran?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Ilustrasi uang. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono). |
Artinya, orang tua dituntut lebih cermat menghitung kebutuhan pendidikan anak. Kalau Anda ingin aman, taruh dana pendidikan anak pada instrumen investasi dengan imbal hasil paling kurang setara dengan inflasi. Jika Anda jeli, sebetulnya beberapa keranjang pengembangan dana menjanjikan lebih dari sekadar inflasi.
Aidil Akbar, perencana keuangan mengatakan, ada banyak instrumen investasi yang bisa dipilih untuk pengelolaan dana pendidikan anak. Seperti, asuransi pendidikan, deposito, reksa dana, saham, hingga properti. Namun, ia menyarankan, orang tua perlu terlebih dahulu mengetahui besaran uang yang dibutuhkan.
Mike Rini Sutikno, perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi mengungkapkan, ada dua jenis persiapan pendidikan anak berdasarkan jangka waktunya. Apabila memilih untuk jangka pendek, orang tua bisa menyiapkan pendidikan anak dengan menabung deposito.
"Deposito bisa untuk satu atau dua tahun ke depan. Karena, instrumen ini lebih mudah dicairkan," katanya kepada CNNIndonesia.com, belum lama ini.
Namun, ia menjelaskan, untuk jangka panjang, seperti biaya kuliah, orang tua bisa memilih instrumen investasi bertenor panjang, seperti instrumen investasi di pasar modal. Instrumen ini bisa berupa reksa dana atau obligasi ritel.
Kali ini, CNNIndonesia.com akan khusus mengupas reksa dana dan manfaatnya untuk membiakkan pendidikan anak.
Reksa dana adalah produk dari perusahaan aset manajemen atau manajer investasi. Dana investor yang masuk diinvestasikan kembali dari portofolio efek, baik saham maupun obligasi.
Efek saham adalah surat berharga yang menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Dengan berinvestasi pada saham berarti seseorang menjadi pemilik perusahaan. Sedangkan, efek obligasi adalah surat berharga yang menyatakan bukti utang suatu perusahaan. Ini berarti, seseorang turut memberikan pinjaman kepada perusahaan.
Kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan manajer investasi dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sehingga, masyarakat bisa mempercayakan aktivitas membiakkan dana mereka lewat manajer investasi.
Menurut Aidil, reksa dana bisa memberi imbal hasil yang tinggi dalam jangka panjang. Modal yang dibutuhkan juga relatif imut-imut ketimbang produk investasi lain. Bahkan, beberapa produk reksa dana dari berbagai manajer investasi dijual mulai dari Rp50 ribu - Rp100 ribu.
"Saat ini, juga sudah menjamur reksa dana yang dimulai dari Rp100 ribu. Selain itu, biaya penempatan dana melalui reksa dana pun tidak besar," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, belum lama ini.
Keunikannya, masing-masing manajer investasi dari berbagai perusahaan memiliki strategi dan selera investasi tersendiri untuk memarkirkan dana investor mereka. Adapun, bermacam-macam reksa dana ditawarkan, mulai dari reksa dana berbasis saham, obligasi, dan campuran keduanya.
Eko Endarto, perencana keuangan, juga merekomendasikan reksa dana. Ia menilai, instrumen investasi ini mampu menggemukkan dana kelolaan dalam jangka panjang. Produk ini lebih dinamis dibandingkan deposito, asuransi, serta kepemilikan properti.
Dalam artian, apabila reksa dana yang ditempatkan di sebuah efek tak memberikan hasil yang optimal, maka ada kemungkinan wakil manajer investasi mengalihkan kelolaannya ke keranjang investasi lain yang lebih menjanjikan.
Faktor inilah yang menjadi keunggulan telak reksa dana yang tidak dimiliki oleh produk investasi lain. Ambil contoh, produk asuransi pendidikan yang tidak dinamis, karena sifatnya berbentuk kontrak, atau deposito yang imbal hasil per tahunnya bahkan tak mampu mencapai separuh dari inflasi pendidikan.
"Orang tua seharusnya sudah tahu dari jauh hari kalau produk yang dipilih harus bisa memberi hasil maksimal. Meski, produk yang dipilih memiliki risiko tinggi, pastikan risikonya bisa berkurang dalam jangka panjang. Sebenarnya, investasi saham lebih bagus jika mengerti, tapi reksa dana juga sudah cukup baik," imbuh Eko.
Keunggulan lain reksa dana, lanjutnya, karena lebih likuid dibandingkan produk lainnya. Namun, patut diketahui, faktor likuiditas seharusnya bukan merupakan faktor utama, mengingat dana pendidikan umumnya digunakan secara jangka panjang.
"Kalau orang tua butuh uangnya masih lama, maka likuid atau tidaknya produk investasi tidak penting. Namun, kalau misalnya anak, mulai kuliah tahun depan, maka orang tua harus bisa mempersiapkan dana pendidikan dalam jangka waktu tersebut," pungkasnya.
(bir/bir)