Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 57 obligasi korporasi senilai total Rp38,22 triliun bakal jatuh tempo pada paruh kedua tahun ini. Mayoritas obligasi tersebut berasal dari 10 perusahaan pembiayaan (
multifinance) yaitu sebesar Rp14,49 triliun dari penerbitan 20 obligasi.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), tiga perusahaan
multifinance tercatat memiliki tanggungan pelunasan obligasi di atas Rp2 triliun.
Pertama, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) alias Eximbank merupakan perusahaan pembiayaan dengan tanggungan terbesar dengan lima obligasi senilai Rp5,53 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lima obligasi itu antara lain sebesar Rp1,08 triliun yang jatuh tempo pada 8 Juli, Rp500 miliar jatuh tempo pada 18 Juli, Rp1,79 triliun jatuh tempo pada 5 September, Rp1,49 triliun jatuh tempo pada 16 Oktober, dan Rp672 miliar jatuh tempo pada 2 Desember.
Direktur LPEI Raharjo Adisusanto mengaku tak khawatir soal pelunasan obligasi perseroan di akhir tahun. Dari sisi internal, kondisi kas perseroan cukup sehat dengan menjaga menjaga aset treasuri minimal 5 persen dari total seluruh aset yang mencapai Rp108 triliun.
Selain menggunakan kas internal, sebagian pelunasan obligasi juga akan memanfaatkan dana segar dari penerbitan obligasi berdenominasi rupiah yang akan dilakukan bulan ini.
"Dari Penawaran Umum Berkelanjutan III plafon kami Rp24 triliun, yang sudah terutilisasi sekitar Rp5 triliun. Dalam bulan ini kami akan menerbitkan obligasi Rp2 triliun sampai Rp3 triliun," ujar Raharjo kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (7/7).
 (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Berikutnya, Astra Sedaya Finance (ASF), bagian grup perusahaan Astra Credit Companies (ACC), memiliki tiga obligasi senilai total Rp2,74 triliun yang jatuh tempo pada kuartal IV tahun ini. Terdiri dari, Rp850 miliar jatuh tempo 28 Oktober, Rp1,5 triliun jatuh tempo 29 Oktober, dan Rp385 miliar jatuh tempo 26 November.
Jodjana Jody, Presiden Direktur ASF, mengungkapkan dana dari penagihan (
collection) bulanan sudah mencukupi untuk membayar utang obligasi. Selain itu posisi kas internal juga masih relatif kuat.
Lebih lanjut, Jodjana mengatakan, rasio utang terhadap modal (DER) juga rendah, hanya empat kali. Rasio itu di bawah ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maksimal 10 kali.
"Setiap bulan
collection bisa Rp2,5 triliun," ujar Jodjana.
Jodjana mengungkapkan perusahaan selama ini selalu memperhatikan kecocokan aset dengan utang. Karenanya, perusahaan tidak pernah mengalami kekurangan kas.
Selanjutnya, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) memiliki tanggungan obligasi jatuh tempo hingga akhir tahun sebesar Rp2,32 triliun. Jika dirinci, Rp835 miliar jatuh tempo 6 Agustus, Rp673 miliar jatuh tempo 27 September, dan Rp808 miliar jatuh tempo 12 November.
 (CNN Indonesia/Christine Nababan) |
"Aktivitas
funding kita terjadi setiap saat dan di luar itu kami juga ada hasil penagihan kredit sekitar Rp2,6 sampai Rp2,7 triliun per bulan. Jadi kami tidak ada masalah untuk pembayaran (obligasi jatuh tempo di Semester II)," tutur Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila, akrab disapa Dewa.
Dewa mengungkapkan, dalam memenuhi kebutuhan pendanaan anak usaha PT Bank Danamon Tbk ini memperhatikan dua hal. Pertama, intrumen pendanaan yang terdiversifikasi baik dari pinjaman bank,
join financing maupun penerbitan obligasi. Selain itu, besaran biaya pendanaan juga menjadi pertimbangan.
Saat ini, lanjut Dewa,
outstanding pendanaan perusahaan sekitar Rp20 triliun. Di akhir tahun,
outstanding pendanaan diperkirakan akan ada di kisaran Rp21 triliun hingga Rp22 triliun.
(gir)