Jakarta, CNN Indonesia --
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk akan memasok pengadaan baja dua proyek migas di tahun ini. Rencananya, perusahaan memasok baja gulungan panas (Hot Rolled Coil/HRC) sebagai bahan baku pipa gas demi kepentingan proyek-proyek tersebut.
Direktur Pemasaran Krakatau Steel Purwono Widodo mengatakan, sejauh ini ada tiga proyek migas yang diincar perusahaan, yaitu pipa gas dari lapangan Grissik untuk memasok gas ke PT Pupuk Sriwijaya, pipa penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) dari kilang milik PT Pertamina (Persero) di Cilacap, serta jaringan pipa transmisi Duri-Dumai yang dikerjakan bersama dengan PT Pertamina Gas dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Meski tak membeberkan angkanya, namun nilai kontrak yang dikantongi perusahaan terbilang cukup signifikan.
"Untuk tahun ini, segmen pipa memang yang paling terlihat permintaannya. Proyek-proyek oil and gas untuk tahun ini memang cukup besar," ujar Purwono di Kementerian Perindustrian, Senin (10/7).
Untuk pengadaan HRC bagi pipa Grissik-Pusri, ia berharap ini bisa dilakukan secepatnya karena kebutuhan Pusri akan gas dari lapangan Grissik yang dikelola ConocoPhilips terbilang mendesak. Rencananya, pipa Grissik-Pusri sepanjang 176 kilometer (km) akan dikelola oleh Pertagas dan bisa mengangkut gas sebanyak 160 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Adapun rencananya, Krakatau Steel siap memasok 40 ribu ton HRC demi produksi pipa-pipa ini. "Harus cepat karena mereka (Pusri) sudah teriak-teriak butuh gas dari ConocoPhilips," ujarnya.
Selain ruas pipa Grissik-Pusri, perusahaan sudah harus mengirimkan pipa BBM dari kilang Cilacap dalam tiga bulan mendatang. Produk HRC yang dibikin Krakatau Steel rencananya akan diperuntukkan bagi pipa BBM Cilacap-Bandung dan Cilacap Yogya dengan kebutuhan HRC mencapai 60 ribu ton.
Sembari menunggu pengiriman, ia juga memastikan bahwa HRC bagi ruas pipa Duri-Dumai juga akan disediakan olehnya. Rencananya, pengiriman pipa itu juga akan dilakukan di tahun ini, mengingat pipa sepanjang 67 km itu diperkirakan rampung 2018 mendatang.
"Seharusnya sih ruas pipa Duri-Dumai disediakan oleh kami," imbuhnya.
Meski sebagian besar pengadaan diperuntukkan bagi proyek migas, perusahaan masih membuka peluang untuk pengadaan baja lain seperti infrastruktur dan transportasi. Sebagai contohnya, baru-baru ini perusahaan telah melakukan kajian dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI) untuk membangun rel melayang (elevated railway) untuk kereta dalam kota. Adapun, Krakatau Steel rencananya akan menyediakan baja bagi proyek tersebut.
Sebagai permulaan, saat ini KAI dan Krakatau Steel sedang melakukan uji coba kereta bandara di Solo dan juga aktivasi rel dari Bandung-Ciwidey. Namun, angka kontrak masih belum diketahui karena tim gabungan masih mengkaji skema desain rel yang akan dipakai.
"Kami lakukan uji coba dulu di dua lokasi itu, baru kalau cocok bisa dipakai di lokasi lainnya," terang Purwono.
Dengan banyaknya permintaan, ia berharap keuangan Krakatau Steel bisa segera bangkit dari kerugian. Bahkan, ia berharap tahun ini perusahaan sudah bisa membukukan laba. "Apalagi harga baja lagi bagus kan," pungkasnya.
Mengutip laporan keuangan di kuartal I, Krakatau Steel membukukan pendapatan sebesar US$350,1 juta atau naik 12,5 persen dari periode yang sama tahun lalu US$311,2 juta. Hal itu menyebabkan rugi bersih perseroan turun 65,38 persen dari US$59,8 juta ke angka US$20,7 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT