Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak, emas, dan nilai tukar mata uang rupiah diprediksi masih akan turun pada semester II 2017. Ketiganya dipengaruhi oleh isu global, khususnya rencana kenaikan suku bunga The Fed untuk yang ketiga kalinya.
Ariston Tjendra, Kepala Riset PT Monex Investindo Futures menjelaskan, untuk harga emas sendiri akan terkena imbas negatif dari rencana kenaikan suku bunga The Fed dan penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
"Suku bunga ini yang ditunggu, mungkin suku bunga naik di bulan Desember nanti," ucap Ariston, Selasa (11/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun begitu, emas sebenarnya masih cocok dijadikan investasi yang positif jika terjadi kondisi tidak terduga atau dalam posisi tidak pasti. Misalnya saja, ketika pelaku pasar tengah menanti kepastian dari rencana kenaikan suku bunga The Fed, mayoritas pelaku pasar mulai beralih ke emas untuk melindungi asetnya.
Sayangnya, hal itu diprediksi tidak terjadi pada penantian kenaikan suku bunga The Fed untuk ketiga kalinya di tahun ini. Pasalnya, pasar sudah
price in bila The Fed menaikan suku bunganya pada akhir tahun ini.
"Tren harga emas fluktuatif, koreksi ada tapi minim. Emas juga kurang lebih sama dengan tahun lalu," sambung dia.
Sepanjang semester II ini, Ariston memprediksi harga emas bergerak dalam rentang US$1.230-US$1.250 per troy ounce. Sementara, bila melihat harga emas di Pasar Spot pada 30 Juni 2017 atau akhir semester I 2017 sebesar US$1.241,61 per troy ounce.
Selanjutnya, harga emas di Pasar Spot mengalami tren penurunan hingga hari ini. Pada awal semester II, harga emas berada di level US$1.220,20 per troy ounce, sedangkan sore ini di level 1.212,16 per troy ounce.
Adapun, untuk mata uang rupiah sendiri diprediksi tertekan hingga Rp13.500 terhadap dolar AS. Hal ini juga masih disebabkan rencana kenaikan suku bunga The Fed dan penguatan dolar AS.
"Tekanan turun ada tapi tidak besar, mungkin bisa ketahan di level Rp13.400-Rp13.500," kata Ariston.
Lebih lanjut ia menjelaskan, jika melihat kondisi rupiah saat ini maka asumsi makro yang diajukan pemerintah di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan menjadi Rp13.400 dari Rp13.300 maka akan tercapainya. Pasalnya, posisi rupiah berada di level Rp13.390.
"Rupiah mau dibilang menguat juga sulit," imbuhnya.
Di sisi lain, Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro sebelumnya menilai, rupiah hingga akhir tahun akan stabil di kisaran Rp13.400. Jika berada di kisaran tersebut, rupiah diyakini masih mencerminkan nilai fundamentalnya.
Faktor eksternal, diproyeksi menekan rupiah, namun fundamental ekonomi mampu menahan rupiah untuk tidak terjerembab terlalu dalam.
"Ke depan, rupiah masih ada peluang untuk menguat, namun saya kira masih berkisar Rp13.200-Rp13.400 per dolar AS," kata Andry.
Sementara pada beberapa kesempatan, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo kerap menyatakan BI akan terus berada di pasar demi menjaga rupiah supaya mencerminkan nilai fundamentalnya. Dengan demikian, rupiah bisa menopang pertumbuhan ekonomi dengan optimal.
"Sampai akhir tahun (2017), kami akan jaga rupiah karena mandat dari BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan rupiah," pungkasnya.
Sementara itu, untuk harga minyak sendiri juga akan tertekan karena melimpahnya produksi global. Sehingga, satu-satunya cara untuk menekan harga minyak, yakni dengan membatasi produksi minyak.
"Rusia tidak mau ikut pembatasan produksi yang sesuai OPEC itu. Harga akan tertekan kecuali jika OPEC mempertegas lagi keterbatasan produksinya," paparnya.
Sore ini, harga minyak (WTI) berada di level US44,64 per barel. Menurut Ariston, harga minyak tidak akan jauh dari posisi US$40-US$48 per barel hingga akhir tahun ini.
Emas Paling Diminati di Pasar BerjangkaSejauh ini, emas masih menjadi investasi berjangka yang diminati oleh pasar. Harganya yang memiliki volatilitas tinggi menyebabkan investor melakukan perdagangan secara harian.
Setelah emas, investasi lainnya yang paling diminati, yakni pertukaran mata uang asing atau
foreign exchange (forex). Dalam hal ini, mata uang euro dan dolar AS merupakan produk yang paling diminati di Monex.
"Nah minyak di bawah itu, tapi tidak setinggi emas," kata Ariston.
Sekadar informasi, total nasabah yang dimiliki Monex Investindo sekitar 20 ribu nasabah. Namun, hanya sekitar 50 persennya yang aktif bertransaksi setiap harinya.