Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak menanjak lebih dari 2,5 persen pada Selasa (11/7), seiring persediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan penurunan tajam.
Dikutip dari
Reuters, persediaan minyak turun 8,1 juta barel pada pekan lalu ke angka 495,6 juta barel sesuai data American Petroleum Institute (API). Angka ini jauh lebih besar dibanding ekspektasi analis, di mana persediaan minyak turun 2,9 juta barel.
Selain itu, persediaan minyak di hub minyak berjangka di Cushing, negara bagian Oklahoma juga turun sebesar 2 juta barel pada pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, harga minyak patokan Brent menanjak US$0,64 ke angka US$47,52 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) meningkat US$0,64 ke angka US$45,04 per barel.
Setelah penutupan, harga minyak Brent tercatat naik US$1,25 ke angka US$48,12 per barel. Sementara harga minyak WTI juga meningkat US$1,31 ke angka US$45,71 per barel karena ditopang oleh data API.
Meski demikian, di dalam laporan terpisah, Energy Information Administration (EIA) AS memprediksi bahwa produksi minyak di tahun 2018 akan melesat dibanding ekspektasi sebelumnya.
Pelaku pasar memperhatikan penurunan harga minyak setelah produksi Arab Saudi menunjukkan kelebihan dibanding target yang dipasang bersama Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC).
Adapun, produksi negara jazirah itu tercatat 10,07 juta barel per hari atau lebih tinggi 12 ribu barel per hari dibanding target OPEC. Selain itu, banyak lembaga keuangan yang menurunkan prediksi harga minyak hingga akhir tahun ini.
BNP Paribas, contohnya, yang memangkas prediksi harga Brent dari US$60 per barel ke angka US$51 per barel hingga akhir tahun. Selain itu, Barclays juga menurunkan ekspektasi harga minyak dari US$55 per barel ke angka US$52 per barel.
Di sisi lain, Goldman Sachs memprediksi harga minyak bisa menyentuh US$40 per barel jika tak ada penurunan signifikan di produksi maupun persediaan. Namun kenyataannya, produksi minyak AS malah meningkat 10 persen selama setahun terakhir ke angka 9,34 juta barel per hari.