Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun ini mampu lebih tinggi dari target semula sebesar 5,1 persen menjadi 5,2 persen. Sektor industri mana saja yang bisa menjadi jagoan Jokowi kali ini?
Sebelumnya, Jokowi melihat, realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 yang mampu mencapai 5,01 persen, sehingga ada harapan bagi pemerintah untuk mengerek target pertumbuhan.
Bersamaan dengan keinginannya mengerek pertumbuhan ekonomi, Presiden Jokowi pun mengatakan berharap pada tiga sektor industri agar rodanya kian kencang berputar sehingga mampu memberikan sumbangan yang besar pada pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya masih di industri jasa, pertanian, dan konstruksi. Itu tiga besar yang menyumbang pertumbuhan ekonomi," ucap Jokowi kepada
CNNIndonesia.com, beberapa hari lalu.
Bila melihat kinerja tiga sektor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 yang sebesar 5,01 persen, data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa kinerjanya memang masih cukup baik di tiga bulan pertama tahun ini.
Tercatat, sumbangan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sekitar 0,9 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Lalu, sektor konstruksi memberi sumbangan 0,61 persen dan sektor jasa sekitar 0,68 persen secara akumulatif, dengan sumbangan terbesar berasal dari jasa keuangan dan asuransi sebesar 0,23 persen.
 (CNN Indonesia/Asfahan Yahsyi) |
Kepala BPS Suhariyanto melihat, sumbangan sektor pertanian kepada pertumbuhan kuartal I 2017 memang besar lantaran adanya pergeseran kembali musim panen di Januari-Maret 2017. Setelah di tahun lalu, musim panen terjadi pada April-Juni 2016 sehingga membuat geliat pertumbuhan sektor pertanian justru terjadi pada kuartal II 2016.
Sehingga, dengan sudah berlangsungnya musim panen di Januari-Maret lalu, Ketjuk, sapaan akrabnya, melihat bahwa pertumbuhan pertanian di kuartal II nanti tak begitu besar dibandingkan kuartal I lalu. Namun, sampai akhir tahun, sektor ini diperkirakan memang masih besar sumbangannya pada pertumbuhan ekonomi.
Kemudian, untuk konstruksi, Ketjuk mengatakan, sumbangan sektor konstruksi pada kuartal I lalu kepada pertumbuhan ekonomi menjadi yang terbesar kelima, setelah jasa secara kumulatif 0,68 persen, perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor 0,64 persen, pertanian 0,9 persen, dan pengolahan 0,91 persen.
Namun, sebenarnya, Ketjuk melihat bahwa pertumbuhan sektor konstruksi di tiga bulan pertama yang lalu tak begitu besar. Pasalnya, sektor konstruksi saat ini sangat bergantung pada realisasi pengerjaan proyek infrastruktur pemerintah.
"Konstruksi di kuartal I 2017 sebenarnya agak rendah karena belum mulusnya pencairan anggaran dari pemerintah. Tapi biasanya konstruksi bergerak di kuartal II dan III, seiring dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah," jelas Ketjuk saat dihubungi.
Belum lagi, sambungnya, meski pemerintah melakukan penghematan anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (R-APBNP) 2017, namun anggaran untuk infrastruktur tetap diberikan.
 (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani) |
Bahkan, ditambahkan dengan adanya sejumlah program yang tengah dijalankan, misalnya perhelatan kompetisi olahraga antar negara-negara di Asia atau dikenal dengan Asian Games 2018, di mana infrastruktur pendukung seperti kereta api jenis ringan (Light Rapid Transit/LRT) turut dipercepat pembangunannya.
"Konstruksi ini bisa juga semakin meningkat karena belanja barang modal pemerintah itu bisa mengalir ke swasta. Jadi, mereka (swasta) ikut terdorong," kata Ketjuk.
Sedangkan untuk sektor jasa, menurutnya, pertumbuhannya juga masih baik, terutama jasa keuangan dan jasa perusahaan. Di mana, pada kuartal I 2017, jasa keuangan dan asuransi menyumbang 0,23 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara, jasa perusahaan menyumbang 0,12 persen.
Adapun, ia menilai, kedua sektor jasa tersebut masih punya potensi pertumbuhan yang baik sampai akhir tahun, sehingga mampu mendukung target pertumbuhan ekonomi pemerintah. Sayangnya, meski pertumbuhannya baik, namun sektor jasa sebenarnya memiliki kekurangan dari segi penyerapan tenaga kerja.
"Perlu disadari bahwa penyerapan tenaga kerjanya masih kecil. Padahal kita ingin pertumbuhan yang tidak sekedar tinggi tapi berkualitas, yaitu memberikan dampak pada masyarakat," imbuh Ketjuk.
Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal melihat, sektor pertanian, termasuk perkebunan di dalamnya, memang punya potensi pertumbuhan yang baik sampai akhir tahun, khususnya untuk komoditas kelapa sawit.
Pasalnya, perbaikan ekonomi global yang disertai dengan pemulihan harga komoditas, termasuk yang terjadi pada minyak kelapa sawit (Crude Palm Oils/CPO), memberikan potensi ekspor yang baik pada Indonesia dan tentunya ekspor mampu berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
"Banyak bantuan dari sawit, pertumbuhan ekspornya bagus karena daya saingnya bagus dan permintaan pasar luar negeri, seperti India tinggi," ucap Faisal saat dihubungi.
Sementara, sentimen negatif dari negara-negara Uni Eropa yang kerap meragukan kualitas sawit Indonesia, dilihat Faisal tak jadi soal. Sebab, sebagai produsen sawit terbesar di dunia, Indonesia punya 'langganan setia' ke beberapa negara sehingga masih bisa mengompensasi.
Sayangnya, di luar sawit, Faisal melihat industri perlu berhati-hati, apalagi terhadap komoditas pertanian dan perkebunan yang pangsa pasarnya lebih banyak menyasar dalam negeri karena ada sentimen negatif dari masih lesunya daya beli masyarakat.
"Misalnya komoditas teh mulai negatif, karet masih turun dalam lima tahun terakhir. Jadi, pertanian masih bervariasi, tergantung komoditas," imbuh Faisal.
 (CNN Indonesia/Fajrian) |
Beralih ke sektor konstruksi, menurutnya, potensi pertumbuhan sektor ini lebih banyak berada di tangan pemerintah ketimbang swasta. Adapun penentunya adalah realisasi belanja pemerintah di kuartal II dan III.
"Pemerintah akan ketatkan belanja, itu sedikit banyak pengaruhi belanja modal, pengaruhi infrastruktur dan konstruksi. Asal belanja untuk infrastruktur tidak tertahan, mungkin masih bisa picu pertumbuhan sektor ini," terang Faisal.
Namun, solusinya, pemerintah diminta giat menggenjot investasi agar turut mendanai pembangunan infrastruktur Tanah Air, sehingga sektor konstruksi kian subur jelang akhir tahun. Bahkan, ia menyebutkan, ada baiknya Presiden Jokowi semakin rajin berkunjung ke luar negeri untuk menarik minat investasi.
Sedangkan untuk sektor jasa. Beberapa yang diperkirakan mampu tumbuh baik sampai akhir tahun, yaitu keuangan dan asuransi, informasi dan telekomunikasi, dan pariwisata. Pasalnya, meski daya beli masyarakat rendah, namun ada kebutuhan yang besar pada sektor jasa tersebut.
"Sayangnya kontribusinya belum banyak berdampak pada kualitas pertumbuhan itu sendiri, misalnya penyerapan tenaga kerja," tambahnya.
Adapun di kuartal II 2017, Faisal memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu tumbuh lebih baik dibandingkan kuartal I 2017, yaitu mencapai angka 5,13 persen. Namun, sampai akhir tahun, diperkirakan target pertumbuhan ekonomi revisi sebesar 5,2 persen masih sulit digenggam.
"Kalau target 5,1 persen masih bisa dicapai, kalau 5,2 persen sangat berat. Akhir tahun lalu memang diperkirakan bisa 5,2 persen tapi nyatanya penerimanan minim dan daya beli masyarakat lesu," pungkasnya.