Permintaan China Naik, Harga Minyak Terkerek

CNN Indonesia
Jumat, 14 Jul 2017 07:19 WIB
Harga minyak mentah dunia tercatat meningkat 1,3 persen pada Kamis (13/7) waktu Amerika Serikat (AS) setelah permintaan China menguat.
Harga minyak mentah dunia tercatat meningkat 1,3 persen pada Kamis (13/7) waktu Amerika Serikat (AS) setelah permintaan China menguat. (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia tercatat meningkat 1,3 persen pada Kamis (13/7) waktu Amerika Serikat (AS) setelah permintaan China menguat.

Dampak itu melebihi sentimen laporan International Energy Agency (IEA) yang menyebut produksi dari negara-negara pengekspor minyak dunia (Organization of the Petroleum Countries/OPEC) menguat.

Dikutip dari Reuters, China mengimpor minyak sebanyak 8,55 juta barel per hari di semester I tahun ini atau meningkat 13,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Ini membuat China menjadi importir minyak mentah terbesar melebihi AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasilnya, harga minyak Brent ditutup menguat US$0,68 ke angka US$48,42 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik US$0,59 di angka US$46,08 per barel

Peningkatan permintaan ini memang mampu mengurangi persediaan minyak yang berlebih. Meski, keseimbangan pasar nampaknya tidak bisa dicapai dengan cepat.

Pasalnya, IEA mengatakan bahwa pasar minyak masih terus mengalam kelebihan suplai (oversupply) lebih lama dari ekspektasi karena meningkatnya produksi dari beberapa anggota OPEC.

Adapun menurut IEA, terdapat dua kejadian yang membuat produksi OPEC melesat yaitu pulihnya produksi minyak di Libya dan Nigeria serta kecilnya tingkat kepatuhan anggota OPEC terhadap kebijakan pemangkasan produksi.

Apalagi, organisasi kartel minyak itu menuturkan, dunia hanya butuh 32,2 juta minyak mentah di tahun depan. Angka itu lebih kecil 60 ribu barel per hari dibanding tahun ini dan 400 ribu barel per hari lebih rendah dibanding produksi OPEC bulan Juni silam.

Sebelumnya, OPEC telah berjanji untuk memangkas produksi 1,2 juta barel per hari antara Januari tahun ini hingga Maret 2018 mendatang. Sayang, aksi itu hanya berdampak minim terhadap harga minyak.

Meski demikian, masih ada harapan bahwa permintaan minyak akan tumbuh di AS dan China, yang merupakan dua konsumen minyak terbesar dunia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER