Jakarta, CNN Indonesia -- Anak usaha PT Modern Internasional Tbk (MDRN), yakni PT Modern Sevel Indonesia (MSI), menawarkan pekerjaan untuk karyawan 7-Eleven ke peritel modern lainnya. Adapun, total karyawan yang terkena dampak penutupan operasional gerai 7-Eleven, yaitu 1.200 - 1.300 orang.
Direktur Operasional MSI Ivan Budiman mengatakan, hingga saat ini, sudah ada sekitar 300 karyawan yang masuk dalam proses peralihan ke minimarket lain. "Pegawai juga sudah kami tawarkan ke minimarket lain," ujarnya, Jumat (14/7).
Namun, proses penerimaan mantan karyawan 7-Eleven diputuskan oleh minimarket terkait dan Modern Sevel tidak memiliki wewenang untuk menentukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait kewajibannya berupa pesangon dan Tunjangan Hari Raya (THR), manajemen Modern Sevel berjanji akan memenuhi sesuai dengan aturan yang berlaku.
"Karyawan (pesangon dan THR) diselesaikan sesuai Undang-Undang (UU) yang ada. Total berdasarkan masa kerja karyawan yang disesuaikan dengan peraturan yang ada," ucap dia.
Saat ini, perusahaan mengaku belum dapat menyebut jumlah pesangon yang akan diberikan kepada karyawan 7-Eleven. Menurut Ivan, manajemen masih menghitung.
Seperti diketahui, total gerai yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun lalu sebanyak 161. Jumlah itu merosot dari sebelumnya yang berjumlah 188 gerai.
Kerugian pada bisnis 7-Eleven menjadi faktor ditutupnya bisnis tersebut oleh perusahaan. Padahal, kontrak waralaba 7-Eleven yang dimiliki Modern Sevel masih berlaku sampai 2028 mendatang.
Seluruh biaya waralaba 7-Eleven telah dibayar lunas Modern Sevel sejak 2008 lalu sebesar US$1,5 juta. Namun, dengan keputusan yang diambil perusahaan, maka perjanjian kontrak dengan 7-Eleven Inc secara otomatis usai.
"Dengan penutupan gerai, ya jelas sudah tidak bisa meneruskan," kata Komisaris Modern Internasional, Donny Sutanto.
Cari Mitra Sejak 2015Sebetulnya, Modern International telah menawarkan dan membuka pintu kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan bisnis 7-Eleven sejak 2015 lalu. Pasalnya, bisnis waralaba tersebut terus terkoreksi dalam beberapa tahun terakhir.
Donny menjelaskan, setidaknya ada dua hingga tiga mitra atau investor yang menjajaki untuk memberikan suntikan dana. Namun, hanya PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) yang terkuak ke permukaan.
"Investor ada dua sampai tiga, tapi belum ada keterbukaan. Baru Charoen Pokphand yang sampai tahap perjanjian waktu itu," ucap Donny, Jumat (14/7).
Seperti diketahui, perjanjian kerja sama antara Modern Internasional dan Charoen Pokphand terkait akuisisi bisnis 7-Eleven batal dilakukan. Donny menyebut, kerja sama ini juga mengikutsertakan Master Franchisor Seven Eleven Inc (SEI).
"Kami tidak ikut perundingan dengan Charoen Pokphand, tapi ada hal yang memberatkan," terang dia.
Salah satu hal yang memberatkan bagi calon investor tersebut, sambung dia, salah satunya syarat yang diberikan SEI berupa waktu yang diberikan untuk menyelesaikan masalah bisnis 7-Eleven.
"Salah satunya adalah dengan hanya memberikan waktu masa berlaku franchise selama satu tahun bagi investor," terang Donny.
Hal tersebut membuat beberapa calon investor potensial mengurungkan niatnya dalam berinvestasi di dalam bisnis 7-Eleven. Kondisi ini juga semakin diperburuk dengan kondisi keuangan yang buruk.
Sebelumnya, manajemen mengungkapkan, total gerai 7-Eleven pada 2015 sebanyak 188. Sepanjang tahun 2015, perusahaan menutup 20 gerai, namun membuka 18 gerai baru.
Sementara, total gerai yang dimiliki perusahaan hingga akhir tahun lalu turun menjadi 161 gerai karena sebagian gerainya yang dinilai tidak memiliki performa cukup baik ditutup. Selanjutnya, perusahaan memutuskan untuk menutup seluruh gerainya pada 30 Juni 2017.
(bir)