Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengungkapkan, meskipun berpotensi menghasilkan imbal hasil yang tinggi, investasi dana haji pada proyek infrastruktur memiliki risiko. Pertama, return proyek infrastruktur komersial, seperti jalan tol, biasanya berjangka panjang. Dalam kasus proyek non komersil, misalnya jembatan atau jalan raya, tentu agak sulit mencari untung. Sementara tujuan utama investasi dana haji adalah untuk diputar di sektor yang produktif alias rate of returnnya tinggi.
Kedua, terkait dengan risiko operasional di mana proyek infrastrukturnya terkendala urusan teknis yang menyebabkan penyelesaian proyek mundur atau bahkan mangkrak. Di Indonesia, banyak proyek infrastruktur yang molor karena pembebasan lahannya belum rampung.
"Jadi penggunaan dana haji ini harus benar-benar diawasi. Kasus di Malaysia, dari total dana haji 20 persennya memang untuk konstruksi, tapi tidak selalu infrastruktur. Mereka lebih memilih untuk bangun properti, seperti apartemen atau hotel baik di Mekkah maupun di malaysia yang return-nya jelas tinggi," jelas Bhima.
Ke depan, tajamnya sorotan penggunaan dana haji diharapkan bisa membuat BPKH bekerja dengan sebaik-baiknya, sehingga bisa meningkatkan pelayanan haji. Terkait langkah yang akan diambil oleh BPKH, anggota mengaku baru akan memaparkan setelah Jokowi menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) terkait operasional yang telah diajukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT